JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria berjaket hijau berlogo perusahaan ojek online ikut dalam antrean masyarakat yang hendak masuk ke dalam Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11/2019) sekitar pukul 08.34 WIB.
Hampir seluruh orang yang tiba, termasuk pria itu, mengaku hendak mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dalam rangka memenuhi syarat peserta CPNS 2019.
"Sekitar pukul 08.30 WIB, portal (Mapolrestabes) dibuka untuk menerima masyarakat yang akan melakukan pengurusan untuk membuat SKCK," ujar Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Kombes (Pol) Tatan Dirsan, Rabu.
Sekilas, tidak ada yang aneh dari pria itu. Saat petugas di pintu masuk menggeledah isi tasnya sebagai syarat bagi siapapun yang hendak masuk ke kawasan Mapolrestabes, hanya ditemukan satu buku di dalamnya.
Baca juga: Fakta Lengkap Teror di Polrestabes Medan, Bom Dililitkan di Pinggang hingga 6 Korban Luka
Petugas juga sempat meminta pria berambut ikal dan berkulit sawo matang itu membuka jaket ojek online yang dikenakan. Itu semua dilakukannya dengan patuh.
Namun, setelah berhasil masuk, pemuda itu kembali mengenakan jaketnya dan berjalan menyusuri jalan dekat kantin, depan Kantor Bagian Operasional Polrestabes Medan.
Langkahnya tenang mendekati sejumlah personel kepolisian yang baru saja selesai melaksanakan apel pagi.
Tiba-tiba, duarrr...
Tubuh pria itu meledak menyemburkan percikan api disertai partikel tajam. Asap putih mengepul dari ledakan.
Baca juga: Teror Bom Saat Warga Urus SKCK di Kota Medan...
Pria tersebut tewas di tempat dalam kondisi tubuh mengenaskan setelah sempat terlempar ke udara.
Suasana sempat mencekam hingga aparat dan masyarakat yang berada di area Mapolrestabes Medan berhamburan keluar.
Tidak butuh waktu lama, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Gegana, Inafis serta Pusat Laboratorium Forensik tiba untuk melakukan olah tempat kejadian perkara.
Kompleks Mapolrestabes Medan ditutup sementara. Seluruh pelayanan masyarakat dialihken ke Polsek setempat demi memperlancar olah TKP.
Sekitar 15 menit kemudian, polisi meyakini, ledakan itu berasal dari pelaku bom bunuh diri.
"Dapat diduga, ini bom bunuh diri," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, sebagaimana dikutip dari wawancara dengan Kompas TV.
Baca juga: Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan Lukai 6 Orang, Ini Nama-namanya
Bom diduga dililit di pinggang pelaku sehingga pada saat penggeledahan awal luput dari pantauan petugas jaga.
Enam orang mengalami luka dalam peristiwa itu, yakni:
1. Kompol Abdul Mutolip, Kasi Propam Polrerabes Medan, mengalami luka tangan kanan robek.
2. Kompol Sarponi, Kasubag Bin Ops Polrestabes Medan, mengalami luka robek pantat sebelah kanan.
3. Aipda Deni Hamdani, bagian Propam Polrestabes Medan, mengalami luka-luka terkena serpihan bom.
4. Bripka Juli Chandra, bagian Propam Polrestabes Medan, mengalami luka di telinga sebelah kanan yang mengakibatkan tidak bisa mendengar.
5. Ricard Purba yang berstatus pekerja harian lepas (PHL) Bag Ops mengalami luka memar di wajah dan lengan.
6. Ihsan Mulyadi Siregar, seorang mahasiswa beralamat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal, Medan, mengalami luka di pinggul sebelah kiri terkena serpihan.
Pihak kepolisian memastikan, para korban hanya mengalami luka ringan.
Berdasarkan hasil olah TKP, tim berhasil mengidentifikasi identitas pelaku. Pria berjaket ojek online yang meledakan diri berinisial RMN, usia 24 tahun.
Baca juga: Pelaku Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan Sering Pergi Pagi Pulang Tengah Malam
RMN yang berstatus pelajar/ mahasiswa lahir di Kota Medan, 11 Agustus 1995. Berdasarkan data catatan kependudukan, RMN tinggal di bilangan Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan.
Identitas RMN ini berhasil diketahui berdasarkan identifikasi sidik jari jenazah yang diambil oleh tim Inafis Polri.
Tim Densus 88 langsung melakukan penggeledahan di rumah yang tertera pada dokumen identitas RMN. Rumah itu ditinggali kedua orangtua RMN.
Dalam penggeledahan itu, tim mengamankan baterai berkekuatan 9 volt, pelat besi metal, irisan kabel, tombol switch on of dan berbagai jenis paku dalam jumlah banyak.
Selain itu, tim juga mengamankan kedua orangtua RMN serta seorang pamannya untuk diperiksa DNA-nya agar dapat dicocokkan dengan jenazah. Hal itu demi menguatkan bukti bahwa pelaku yang meledakkan diri adalah RMN.
"Sementara tadi ungkapan dari hasil sidik jari dikuatkan lagi dengan DNA yang ditemukan pelaku dengan kedua orangtua pelaku," tutur Brigjen Dedi.
Baca juga: Bom di Polrestabes Medan, Ketika Ojek Online Jadi Modus Terorisme
Aksi bom bunuh diri yang dilakukan RMN membuat orang-orang di lingkungan tempat tinggal kedua orangtuanya terkejut.
Selama ini, RMN dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah bermasalah dengan orang lain.
"Orangnya baik. Sejak kecil saya tahu dia baik. tidak pernah ada hal-hal yang negatiflah," ujar salah seorang tetangga bernama Wandah.
RMN juga dikenal aktif di masjid. Apabila ada acara keagamaan, ia pasti aktif membantunya.
Ia bercerita, RMN lahir di rumah kedua orangtuanya tersebut. Kemudian, mereka sempat pindah ke Aceh.
Namun, setelah Aceh dilanda tsunami, mereka sekluarga kembali ke rumah tersebut.
Baca juga: Polda Jateng Imbau Masyarakat Tidak Sebarkan Foto dan Video Bom Bunuh Diri
Ketua Lingkungan IV Nardi menambahkan, RNM sehari-hari memang bekerja sebagai ojek onlina. RMN juga dikenal sebagai pedagang bakso bakar.
Nardi pun termasuk orang yang terkejut dengan aksi bom bunuh diri yang dilakukan RMN.
"Dia rajin shalat. Orangnya baik. Tapi entah apa yang terjadi. Begitu berumah tangga, berubah sikap jadi seperti ini," ujar Nardi.
Kini, polisi masih mengidentifikasi rangkaian bom yang melekat pada RMN. Identifikasi ini dipimpin tim Puslabfor Polda Sumut.
Baca juga: Pasca-Bom Medan, Kemenhub Perketat Pengamanan di Bandara
"Masih diuji dulu laboraturium forensik, apakah itu jenisnya high explosive atau low explosive," ujar Dedi.
Selain itu, penyelidikan dilakukan ke arah asal jaringan pelaku. Polisi ingin mengetahui apakah RMN beraksi seorang diri atau digerakkan oleh kelompok teroris.
Sejauh ini, polisi masih mengidentifikasi RMN bergerak sendiri dan tidak ditemukan keterkaitan dengan kelompok teroris yang ada di Indonesia.
"Akan dilakukan pengembangan, apakah pelaku bagian dari jaringan JAD (Jamaah Ansharut Daulah) atau bukan," kata Dedi.