JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem periode 2014-2019 Surya Paloh menjadi calon tunggal setelah diminta kembali seluruh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) untuk maju sebagai calon ketua umum periode 2019-2024.
Seluruh DPW Nasdem yang berjumlah 34 mengambil keputusan tersebut secara aklamasi pada Kongres kedua Partai Nasdem di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, 8-11 November 2019.
"Dewan Pimpinan Wilayah, 34 DPW Partai Nasdem secara aklamasi meminta kepada Majelis Tinggi untuk menetapkan Pak Surya Paloh sebagai calon ketua umum periode 2019-2024," ujar Ketua Fraksi Nasdem di DPR RI Ahmad Ali di sela kongres.
Baca juga: Seluruh DPW Minta Surya Paloh Kembali Pimpin Nasdem
Ia menyatakan, seluruh DPW telah menyerahkan hasil musyawarah mereka yang menginginkan Surya Paloh kembali memimpin Nasdem.
Karenanya, seluruh DPW meminta Majelis Tinggi hanya menerima nama Surya Paloh sebagai calon ketua umum untuk kemudian dipilih sebagai ketua umum.
Ia memaklumi besarnya harapan DPW kepada Surya Paloh lantaran sosoknya masih dibutuhkan untuk memimpin Nasdem hingga Pemilu 2024.
"Hari ini (Minggu), Partai Nasdem termasuk bangsa Indonesia menurut kami masih sangat membutuhkan ketokohan, kepemimpinan dari Pak Surya Paloh," ujar Ali.
Majelis Tinggi Nasdem akan mengumumkan ketua umum definitif, Senin (11/11/2019) ini.
Baca juga: Diusulkan Kembali Jadi Ketua Umum, Surya Paloh: Saya Tahu Diri
Menanggapi hal itu, Surya Paloh mengatakan, permintaan DPW tersebut merupakan tugas berat yang harus ia emban. Ia mengaku, tahu diri di usianya yang sudah tak muda, namun harus memimpin partai.
"Saya pikir, ini tugas yang tidak ringan pasti buat saya. Mengingat faktor perjalan waktu yang telah saya lalui dalam aktivitas kegiatan karier di bidang institusi partai politik ini sudah cukup panjang," ujar Surya di sela kongres partainya, Minggu (10/11/2019).
"Usia saya sekarang 68 tahun, saya start dari usia 15-16 tahun (di politik). Saya pikir sebenarnya tahu diri juga. Tapi saya yakin kepercayaan dan keyakinan temen-temen ini mungkin mereka lihat saya masih fresh ya, walaupun saya terasa capek ya," lanjut dia.
Surya mengakui, ada banyak kekurangan selama memimpin Nasdem pada periode 2014-2019. Namun ia berjanji untuk memperbaikinya agar kinerja Nasdem bisa lebih lagi pada periode 2019-2024.
Ia juga berjanji akan mengedepankan pola kerja kolektif kolegial dalam menjalankan partai dan melibatkan banyak pihak untuk mengambil keputusan strategis.
Baca juga: Sindir Parpol yang Ngaku Pancasilais, Surya Paloh Disebut Terlalu Emosional
"Yang saya pastikan, saya ingin memperkuat kerja kolektif dalam kepemimpinan yang lebih kolektif untuk membangun manajemen partai ini dengan mengambil referensi apa yang telah kami lalui bersama," lanjut dia.
Pelaksanaan Kongres kedua Nasdem yang awalnya mulus lalu mendapat tanggapan negatif dari pendiri dan mantan ketua umumnya, Patrice Rio Capella.
Rio Capella menyebut, saat ini partai itu telah melenceng dari semangat awal pembentukannya dan kini berubah menjadi restoran politik.
"Partai Nasdem kini jadi restoran politik, tempat masak-memasak dan goreng-menggoreng kepentingan politik, bukan memperjuangkan kepentingan rakyat," kata Rio saat konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (10/11/2019).
Baca juga: Eks Ketua Umum Kecewa Nasdem Beri Panggung ke Anies Baswedan Saat Pembukaan Kongres
Menurut dia, kini Nasdem hanya mementingkan kepentingan elite dan kelompok tertentu di internal sehingga tak lagi memperjuangkan kepentingan partai.
"Sangat mengejutkan saat pimpinan Partai Nasdem bermanuver menemui dan berkomunikasi dengan pimpinan partai lain di kubu oposisi. Padahal pada saat yang sama, Nasdem bagian dari koalisi pemerintah," kata dia.
Rio bahkan tak habis pikir apabila manuver yang dilakukan Partai Nasdem itu adalah bentuk kemarahan partai tersebut karena kehilangan kursi Jaksa Agung di Kabinet Indonesia Maju saat ini.
Padahal, kata dia, pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif Presiden yang tidak bisa diatur oleh siapa pun.
"Ini terlalu orientasi, terlalu menuduh keterpaksaan. Harusnya tidak begitu. Jadi apapun hasil dari kabinet kita harus menghormati. Jadi tidak ada lagi manuver-manuver yang membingungkan publik," kata dia.
Pada kabinet sebelumnya, posisi Jaksa Agung diisi oleh Partai Nasdem, yakni M Prasetyo, sedangkan saat ini posisi tersebut diisi oleh ST Burhanuddin yang merupakan adik dari politikus PDI-P Tubagus Hasanuddin.
Baca juga: Sudah Dipecat, Rio Capella Dianggap Tak Etis Komentari Langkah Politik Nasdem
Partai Nasdem dikabarkan 'ngambek' karena hal tersebut sehingga melakukan berbagai manuver politik.
Antara lain, bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman.
Dalam Kongres Kedua Partai Nasdem 2019 yang diselenggarakan 8-11 November ini pun, Presiden Jokowi bahkan tak diundang dalam pembukaannya.
Nasdem justru mengundang Anies Baswedan dan memberikan waktu dan tempat untuk berpidato dalam acara tersebut.
"Atas langkah-langkah yang diambil Nasdem tersebut, jangan salahkan publik yang berspekulasi bahwa manuver Nasdem berkaitan dengan kebijakan Presiden memilih Jaksa Agung," kata dia.
Surya pun membantah tudingan Rio Capella bahwa partainya telah melenceng. Ia memastikan partainya tak melenceng dan tetap menjalankan tujuan awal Nasdem dibentuk.
"Enggak ada (Nasdem melenceng). Kita serahkan kepada masyarakat. Saya pikir langsung, masyarakat akan lari itu (dari Nasdem). Enggak ada tempat bagi Nasdem kalau dia inkonsisten. Tidak ada tempat bagi Nasdem kalau dia melenceng dari tujuan-tujuannya," ujar Surya.
Baca juga: Penegasan Surya Paloh soal Posisi Nasdem di Koalisi Jokowi-Maruf...
Ia menambahkan, setiap partai tentunya mengejar kekuasaan formal dalam sebuah negara dalam rangka menjalankan visi dan misinya menyejahterakan masyarakat.
Ia pun menjamin selama ini Nasdem selalu berupaya menjalankan tujuan partai untuk menyejahterakan masyarakat selama berada di dalam kekuasaan.
"Dan alangkah bodohnya saya sebagai pendiri dan ketua umum partai ini, membuang waktu, tenaga, pikiran, energi yang saya miliki tanpa ambisi untuk kekuasaan formal yang ingin saya capai, kalau bukan hanya niat baik semata-mata," ujar Surya.
"Untuk apa lagi? Tapi di atas semuanya itu saya percaya niat baik itu adalah tidak kalah artinya dari apapun yang akan kita capai. Jadi selalulah dimulai dengan, Islam menyatakan nawaitu. Niat baik," lanjut dia.