JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Miming Saepudin menyatakan fase suhu panas ekstrem di Indonesia telah terlewati.
Hal itu disampaikan Miming dalam diskusi prediksi dan ancaman bencana di Indonesia pada 2020 di Gedung BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
"Tadi yang cukup menarik untuk fase saat ini suhu panasnya sudah lewat. Jadi mulai sekarang hingga periode bulan Desember hingga Maret, potensi cuaca ekstrem suhu hingga 39 derajat celsius sudah terlewati," ujar Miming.
Baca juga: Status Siaga Darurat Karhutla di Riau Berakhir, Ini Penjelasan BNPB
Ia menambahkan, saat ini rata-rata suhu paling tinggi di Indonesia terpantau di kisaran 35-37 derajat celsius.
"Sekarang saja terpantau kami lihat di kisaran 35-37 derajat celsius. Dan 37 derajat celsius itu masih di wilayah Jawa. Dalam arti memang di wilayah Jawa curah hujan, atmosfer, juga tidak terlalu basah. Tapi kondisi suhu masih relatif normal," lanjut dia.
Pekan lalu, BMKG dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, dalam waktu satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia.
"Khususnya sampai akhir Oktober ini dan daerah di bagian selatan Jawa dan Nusa Tenggara," ucap Indra.
Baca juga: Pergantian Musim, BNPB Minta Masyarakat Waspadai Bencana
Suhu terik ini masih akan terjadi karena posisi semu matahari yang masih akan berlanjut hingga ke selatan.
Selain itu, Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R Prabowo mengatakan kondisi atmosfer yang masih cukup kering membuat suhu panas berpotensi meningkat karena kurangnya pertumbuhan awan yang bisa menghalangi terik matahari.
Imbauan BKMG
Sehubungan dengan cuaca panas yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, BMKG mengimbau masyarakat yang terdampak untuk minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi.
Baca juga: Bantu Korban Gempa Ambon, BNPB Bikin Program Emas Biru dan Emas Hijau
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan serta mewaspadai adanya aktivitas yang bisa memicu kebakaran hutan dan lahan.
Tak hanya itu, BMKG juga mengimbau warga untuk mewaspadai adanya potensi angin kencang yang diperkirakan terjadi di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.