JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Direktur Produksi dan Teknologi PT Krakatau Steel Wisnu Kuncoro merasa kehilangan banyak momen penting dengan keluarga sejak terjerat dalam kasus dugaan suap terkait pengadaan barang dan jasa di Krakatau Steel.
Hal itu ia sampaikan dalam nota pembelaan atau pleidoi yang dibacakan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (30/10/2019).
"Setelah saya ditetapkan sebagai tersangka, saya dinonaktifkan dari jabatan saya di Krakatau Steel, saya telah kehilangan momen-momen penting dalam hidup saya," tutur Wisnu, sembari menangis dalam membacakan pleidoinya.
"Saya tidak bisa menghadiri pernikahan anak saya yang telah saya siapkan selama 6 bulan," ujar Wisnu.
Baca juga: Jika Terbukti Bersalah, Eks Direktur Krakatau Steel Minta Dieksekusi ke Rutan Tangerang
Wisnu merasa sedih lantaran tak bisa mengantarkan anaknya memasuki kehidupan rumah tangga. Dengan kejadian ini, Wisnu mengungkapkan putrinya malah harus merasakan kesedihan.
"Sedemikian menyedihkan peristiwa ini sehingga sampai saat ini keluarga kami belum berani membuka foto atau video perkawainan anak kami," kata Wisnu terbata-bata.
Ia pun meminta maaf kepada keluarga besar, khususnya kepada istri dan anak-anaknya atas perkara yang menimpanya.
"Pada kesempatan ini dengan tulus dari lubuk yang paling dalam menyampaikan permintaan maaf sebesarnya kepada keluarga saya, kepada kedua putri saya dan istri yang telah ikut menderita dengan musibah ini, yang sering kali membuat saya meneteskan air mata," ujarnya.
Dalam perkara ini, Wisnu dituntut 2 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan kurungan oleh jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Baca juga: Baca Pleidoi, Eks Direktur Krakatau Steel Bantah Bantu 2 Pengusaha Dapatkan Proyek
Jaksa menganggap Wisnu bersama seseorang bernama Alexander Karunia Muskitta menerima uang dengan total nilai sekitar Rp 101,7 juta dan 4.000 dollar Singapura dari dua pengusaha.
Kedua pengusaha itu adalah Direktur Utama PT Grand Kartech Kenneth Sutardja dan Direktur Utama PT Tjokro Bersaudara Kurniawan Eddy Tjokro alias Yudi Tjokro.
Alexander merupakan orang yang membantu menawarkan produk-produk perusahaan Yudi dan Kenneth ke Krakatau Steel.
Alexander sendiri dituntut 3 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan kurungan.
Menurut jaksa, pemberian uang dari Kenneth dimaksudkan agar Wisnu menyetujui pengadaan dua unit boiler berkapasitas 35 ton dengan nilai proyek Rp 24 miliar di Krakatau Steel.
Sementara pemberian uang dari Yudi Tjokro dimaksudkan agar Wisnu menyetujui pengadaan pembuatan dan pemasangan dua Spare Bucket Wheel Stacker dan Harbors Stockyard senilai Rp 13 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.