JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengumumkan penunjukan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Untuk diketahui, pada 2016, Sri Mulyani "dibajak" Jokowi untuk menjadi Menteri Keuangan. Padahal, saat itu ia tengah menjabat sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia.
Sri Mulyani mengaku sempat bingung saat menerima tawaran itu karena sudah merasa nyaman menjadi salah satu petinggi di bank dunia.
Pendapatannya juga jauh lebih besar ketimbang jadi menteri.
"Keputusan ini sangat mempengaruhi pribadi, keluarga dan dalam kasus saya ini mungkin mempengaruhi negara juga," ujar Sri Mulyani pada 2 Agustus 2019.
"Jadi dimensinya enggak selalu ‘Apa yang untung buat saya (jadi menteri keuangan lagi)’. Prosesnya agak kompleks ketika Pak Jokowi meminta saya bergabung dengan kabinetnya," tuturnya.
Baca juga: Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti, Menteri yang Dinilai Paling Layak Dipertahankan Versi Netizen
Sri Mulyani menilai tawaran menjadi Menkeu bukan hal yang menantang sebab pernah merasakannya di era Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada akhirnya, Sri Mulyani menerima tawaran Jokowi karena merasa tertantang untuk membenahi kondisi keuangan Indonesia, di mana APBN-nya mengalami defisit cukup lebar.
Menteri Keuangan terbaik
Selama tiga tahun menjabat, Sri Mulyani beberapa kali menerima penghargaan sebagai Menteri Keuangan terbaik.
Pada April 2019, Sri Mulyani didapuk sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia Pasifik tahun 2019 oleh majalah keuangan FinanceAsia.
Baca juga: Profil Menkeu Sri Mulyani, Aura Kuat Sang Srikandi...
Penghargaan tersebut merupakan ketiga kalinya diberikan FinanceAsia kepada Sri Mulyani, setelah 2017 dan 2018.
Sri Mulyani dianggap berhasil membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik dengan mencatatkan defisit anggaran terendah dalam enam tahun terakhir pada 2018, yakni 1,76 persen dari Produk Domestik Bruto.
Sri Mulyani juga berhasil meningkatkan kepatuhan pajak (tax compliance) melalui program Amnesti Pajak yang diluncurkan pada tahun 2016-2017.
Sri Mulyani pun mengantarkan Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menjual green bonds.
Surat utang itu digunakan secara spesifik untuk membiayai proyek-proyek untuk iklim dan lingkungan, yang terjual hingga 1,25 miliar dollar AS.
Baca juga: Cerita Sri Mulyani Saat “Dibajak” Jokowi dari Bank Dunia
Selain itu, di tengah pelemahan nilai tukar seiring perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Pemerintah bersama Bank Indonesia juga dinilai berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Penghargaan Financial Minister of The Year 2019 Global and Asia Pasific juga diberikan oleh majalah The Banker kepada Sri Mulyani pada Januari 2019.
Capaian ini menambah prestasi mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Ia dinilai berhasil mempertahankan ketahanan fiskal di tengah berbagai bencana alam yang melanda Indonesia sepanjang 2018.
Baca juga: Sri Mulyani Jadi Menkeu Lagi, Ekonomi Indonesia Bisa Stagnan?
Salah satunya gempa dahsyat yang terjadi di Lombok pada Juli 2018 lalu.
"Sri Mulyani mulai memodernisasi respons negara terhadap bencana alam melalui pembiayaan risiko bencana baru dan strategi asuransi," tulis The Banker.
Sementara sebelumnya Indonesia selalu mengandalkan dana darurat sebesar Rp 3,1 triliun setiap tahun. Dana ini disisihkan dari anggaran untuk menutupi perbaikan setelah bencana alam.
Ia juga dinilai punya andil besar dalam menjaga fiskal negara dengan menjaga defisit anggaran APBN 2018 di bawah 2 persen dan mengubah sistem perpajakan untuk meningkatkan pendapatan negara.