JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, masuknya Gerindra dalam Kabinet Kerja Jilid II periode 2019-2024 menunjukkan politik yang sangat akomodatif dari Presiden Joko Widodo.
"Politik akomodatif sangat kentara pada pergantian kabinet kali ini. Meski saat kampanye Jokowi menegaskan tidak akan bagi-bagi kursi kekuasaan, konsolidasi, dan akomodasi, itu sudah terlihat sejak Jokowi pertama kali menyusun Kabinet Kerja," ujar Adi saat dihubungi, Selasa (22/10/2019).
Di satu sisi, lanjutnya, politik akomodatif menunjukkan Jokowi seakan tersandera berbagai kepentingan politik. Sebab, makin banyaknya partai politik di luar koalisi pengusung bergabung dengan pemerintah maka kian kompleks juga kepentinganya.
Baca juga: Titik Terang Calon Menteri Jokowi-Maruf, dari Nadiem hingga Prabowo
"Namun, di sisi lain juga bisa dilihat sebagai cara Jokowi memperkuat daya tawarnya ke parpol pendukung dan bagian dari upaya memperluas dukungan," tuturnya kemudian.
Guna memastikan koalisi pemerintah yang kian gemuk ini tetap efektif, seperti diungkapkan Adi, dibutuhkan keberanian Jokowi dalam tiga hal.
Pertama, mempertahankan janji bahwa anggota kabinet dari parpol tetap hanya 45 persen. Kedua, anggota kabinet yang dipilih benar-benar punya kompetensi.
"Ketiga, sejak awal mesti ada target tahunan yang jelas dan terbuka untuk setiap kementerian/lembaga," jelas Adi.
Diberitakan, Senin (21/10), Jokowi memanggil sejumlah kandidat calon menteri ke Istana Kepresidenan. Hingga pukul 16.30 sudah ada 11 orang yang menyambangi Istana.
Baca juga: Respons PDI-P atas Bergabungnya Prabowo ke Kabinet Jokowi-Maruf
Terakhir yang datang yakni Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Edhy Prabowo.
Saat keluar dari istana, Prabowo menyatakan, dirinya dan Edhy diminta memperkuat kabinet. Ia mengaku dirinya diminta membantu Jokowi di bidang pertahanan. Sementara posisi untuk Edhy akan disampaikan Presiden Jokowi Rabu mendatang.
Seperti diketahui, Partai Gerindra merupakan rival partai politik pendukung Jokowi-Ma'ruf saat pilpres lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.