"Terpilihnya mayoritas anggota BPK dari kalangan parpol pada akhirnya menimbulkan keraguan dan kekhawatiran banyak pihak tentang masa depan lembaga auditor negara ini," kata dia.
Pemilihan anggota BPK yang sarat dengan nuansa politik itu akhirnya memunculkan kesan adanya upaya parpol untuk mengusai BPK.
"Ini bagi-bagi kursi anggota BPK di kalangan politisi. BPK lalu dianggap sebagai tempat penampungan bagi anggota DPR yang gagal terpilih kembali di parlemen," kata dia.
Menurut dia, apabila lembaga auditor negara sudah dikuasai oleh partai politik, maka lembaga itu akan sulit mewujudkan tata kelola organisasi secara berintegritas, independen dan professional.
Baca juga: 3 Pegawai BPK Dipanggil KPK Terkait Kasus SPAM
Padahal, kata dia, kedudukan BPK sangat strategis dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Ditambah lagi, BPK juga merupakan lembaga yang menilai atau menetapkan jumlah kerugian keuangan negara khususnya dalam perkara korupsi.
"Dominasi politikus di BPK akan mempengaruhi independensi lembaga ini saat melakukan pemeriksaan terhadap institusi DPR. Hasil audit BPK rentan diselewengkan untuk melindungi atau menjatuhkan seseorang berdasarkan pesanan partai politik tertentu," terang Emerson.
Lantaran berisi para politikus, maka konflik kepentingan dan objektivitas hasil audit BPK akan selalu menjadi pertanyaan saat memeriksa atau menghitung kerugian keuangan negara yang melibatkan politisi atau petinggi partai.
Kekhawatiran ini, kata dia, dikarenakan sudah ada contoh pada masa lalu. Antara lain tahun 2013 muncul dugaan intervensi atas 'hilangnya' nama 15 anggota DPR dalam audit BPK untuk skandal proyek Hambalang.
Emerson mengatakan, terpilihnya anggota BPK saat ini menjadi tantangan berat bagi perbaikan citra lembaga tersebut di mata publik.
Apalagi BPK baru saja terkena masalah setelah anggota sebelumnya Rizal Djalil yang berlatar belakang PAN ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK karena menerima suap dari pihak swasta terkait proyek sistem pengadaan air minum di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Sebagai upaya perbaikan, masa mendatang mekanisme proses seleksi dan persyaratan menjadi anggota BPK perlu diperbaiki melalui revisi terhadap UU BPK," kata dia.
"Proses seleksi calon anggota BPK sebaiknya dilakukan oleh panitia seleksi yang independen dan dilaksanakan secara transparan serta akuntabel," lanjut dia.
Baca juga: Jadi Tersangka Suap, Rizal Djalil Dinonaktifkan dari Anggota BPK
Marwah BPK harus dijaga dari tindakan yang mencoreng citra lembaga.
Oleh karena itu, pengawasan di internal BPK harus diperketat. Termasuk kode etik bagi pegawai dan pejabat di lingkungan BPK juga dikaji ulang untuk menutup celah terjadinya perbuatan koruptif maupun tidak pantas lainnya.
"KPK juga perlu dilibatkan untuk membuat program mencegah pegawai atau anggota BPK kembali tersandung masalah korupsi," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.