YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Aiptu Ifanudin, Bhabinkamtibmas Desa Banyuraden, Gamping, Sleman, berperawakan tinggi dan kekar layaknya binaragawan.
Perawakannya memberi sedikit petunjuk mengenai salah satu keahliannya, yaitu merakit alat fitness.
Ifanudin bercerita, awalnya, ia menderita cedera di punggung sehingga tidak dapat mengikuti kompetisi angkat beban.
"Saya membuat alat karena saya cedera di sini (menunjuk ke arah punggung), jadi angkat berat terakhir itu saya ga ikut, terus saya dikasih. Ya udah enggak jadi atlet enggak apa-apa, tapi kamu ikut pelatihan juri nasional," ujar Ifanudin di Mapolres Sleman, Yogyakarta, Jumat (11/10/2019).
Baca juga: Cerita Polisi Wanita Gegana Brimob Pertama di Indonesia
Setelah mengikuti pelatihan selama dua minggu di Jakarta, Ifanudin mulai melatih atlet angkat beban lainnya.
Hingga akhirnya, timbul keinginan untuk memiliki tempat latihan sendiri. Dikarenakan harga yang mahal, Ifanudin mulai membuat alat fitness sendiri pada tahun 2009.
Menurutnya, terdapat perbedaan harga yang cukup signifikan jika membuat alat fitness dibanding membelinya.
"Tapi melatih sama jadi juri itu kan terus pengen punya tempat sendiri. Tanya-tanya, alatnya mahal-mahal, ternyata setelah bisa bikin itu, yang harganya Rp 18 juta satu alat, itu kalau bikin hanya Rp 2 juta. Ngga nyampe Rp 2 juta," ungkapnya.
Baca juga: Cerita Polisi Kupang Selamatkan Nyawa Warga Tak Mampu yang Melahirkan
Tempat fitness pertama di daerah Sleman dengan alat yang ia rakit sendiri dibangun pada tahun 2009-2011.
Ifanudin pun membeli besi bekas di sekitar Polsek Gamping dengan menyisihkan uangnya sendiri.
Terdapat sekitar 6.000 orang yang mendaftar di tempat fitness dengan nama Prolog Gym tersebut. Meskipun, hanya sekitar 100 orang yang aktif berolahraga.
Baca juga: Cerita Polisi Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami
"Saya hanya menyisakan beberapa gaji, mungkin Rp 200.000 kami berikan rongsok itu, kemudian mungkin dapat 10 kilo, itu kalau besi bekas itu sudah panjang-panjang, bisa untuk satu alat," tutur dia.
Kemudian, tempat fitness kedua berada di Bantul, yang ia bangun pada 2011-2013.
Tempat fitness terakhir yang disebutnya paling besar berada di dekat Polsek Gamping. Tempat itu ia bangun pada tahun 2012-2016.
Baca juga: Cerita Polisi Memancing Residivis Pemalsu Uang untuk Angpau Lebaran
Setiap orang yang ingin berolahraga di tempat fitnessnya, baik remaja hingga atlet, hanya dikenakan biaya sebesar Rp 2.000.
"Hanya dengan Rp 2.000 bisa berlatih fitness bersama-sama, minuman gratis, kemudian fitness sampai betul-betul maksimal, kami tidak membatasi waktu," kata Ifanudin.
Uang yang ia dapatkan digunakan kembali untuk biaya operasional gym tersebut. Ifanudin pun mengaku masih memiliki rencana untuk membangun tempat fitness lainnya.
Baca juga: Cerita Polisi Saat Gelar Razia Balapan Liar, Hadapi Bahaya hingga Diolok-olok
Ia menuturkan, pembangunan fasilitas olahraga menjadi salah satu cara untuk membina masyarakat, termasuk remaja, dan menangkal penyebaran paham radikalisme.
Cara lain yang dilakukan Ifanudin adalah melakukan pendekatan melalui pengajian.
"Dulu tahun 2015 ke bawah itu hampir di setiap sudut dusun banyak orang yang meminum minuman keras, sekarang orangtua sudah tahu, remaja sudah tahu, sekarang sudah tidak ada," ucapnya.