Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halim Mahfudz

Dosen dan praktisi komunikasi strategis yang sekarang menjadi pengasuh pondok pesantren Seblak di Jombang, Jawa Timur.

Informasi Sesat di Indonesia dan Pelajaran dari Guatemala

Kompas.com - 11/10/2019, 18:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

 

UFC adalah perusahaan Amerika yang memperdagangkan buah-buahan tropis terutama pisang ke AS dan Eropa.

Beberapa penulis mendeskripsikan praktik usaha mereka sebagai neokolonialisme.

UFC berperan penting dan berlangsung lama dalam perekonomian negara-negara Amerika Selatan dan media Amerika Selatan menjuluki UFC sebagai el pulpo, gurita.

Decree 900 ini secara langsung mengancam kepentingan UFC.

Mereka kehilangan hak menguasai lahan pertanian luas dengan dukungan pemerintah seperti era sebelumnya.

Untuk melindungi dan menyelamatkan investasi dan kepentingannya, maka UFC sangat berkepentingan mencari cara menggagalkan kebijakan itu.

Strategi menjatuhkan Arbenz

Betapa beruntungnya UFC saat itu. Salah satu mantan direksi UFC adalah John Foster Dulles, yang kemudian menjadi Menteri Luar Negeri Amerika di bawah Presiden Eisenhower.

John Dulles punya saudara kandung Allen Welsh Dulles yang menjabat sebagai direktur CIA. Maka lobby mereka ke pemerintah AS berjalan mulus.

Pada saat itu tahun 1950-an, Perang Dingin AS - Uni Soviet sedang panas. Masing-masing berebut pengaruh dan sangat sensitif pada penguasaan kawasan.

Maka mereka membangun isu utama yang mereka rancang untuk kepentingan melindungi investasi perusahaan AS, yaitu; lawan komunisme!

Untuk menggelindingkan isu utama tersebut, mereka membayar ahli Public Relations terkemuka, Edward Bernays, yang pernah berhasil mengampanyekan perempuan Amerika merokok pada akhir tahun 1920-an.

CIA kemudian membangun sistem penyebaran isu bahwa Arbenz adalah seorang komunis antek Uni Soviet yang mengancam eksistensi AS.

Mereka beroperasi dari dua negara tetangga Guatemala yaitu Honduras dan El Salvador.

CIA membangun kasak-kusuk dengan kelompok bawah tanah dan mereka yang hanya ingin kekuasaan.

Amerika meluncurkan program yang dibungkus dengan kemasan menumpas komunisme di Guatemala dengan kode PBSUCCESS.

Tujuan utamanya adalah menjatuhkan Presiden Arbenz dan mengagalkan UU Reformasi Agraria-nya.

Indonesia

Indonesia sedang mengalami tantangan keutuhan yang dibangun melalui komunikasi publik lewat media sosial.

Ketika Pilpres tahun 2014, isu komunis pernah digelindingkan untuk menghadang Jokowi yang ikut pencalonan waktu itu.

KH. Aziz Mansyur, Ketua Dewan Syuro partai politik pendukung waktu itu, melakukan rally tabayyun ke kawasan Solo untuk kejelasan “ke-PKI-an Jokowi.”

Isu itu ternyata tidak terbukti.

“Ke-PKI-an Jokowi” hanya satu isu yang dihembuskan untuk menghadang tapi Jokowi akhirnya tetap terpilih.

Baca juga: Survei SMRC: Publik Tak Percaya Isu Jokowi PKI, Antek Asing, Anti-Islam

Isu lain terus dirancang untuk menghadang Jokowi di pilpres 2019, kegagalan ekonomi, hidup rakyat makin susah, antek asing dan aseng, dan isu-isu yang menggunakan agama, tapi ternyata Jokowi tetap terpilih dengan selisih meyakinkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com