Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tusuk Wiranto, Pelaku SA Mengaku Stres karena Perekrutnya Ditangkap Polisi

Kompas.com - 11/10/2019, 16:40 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polri menyebut SA, pelaku penusukan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, takut dan stres karena perekrutnya, Abu Zee, telah tertangkap polisi.

Dari hasil pengakuan SA kepada polisi, ditangkapnya Abu Zee yang merupakan amir atau ketua dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) menjadi alasan mengapa dirinya menusuk Wiranto.

Abu Zee ditangkap polisi pada 23 September 2019 lalu.

"Dalam pemeriksaan 2 hari ini oleh Densus 88, SA merasa takut, stres dan tertekan setelah mendengar ketuanya dia (Abu Zee) tertangkap," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Baca juga: Mengapa Pelaku Gunakan Kunai untuk Serang Wiranto?

Dedi menjelaskan, meski SA tidak terafiliasi dengan JAD Bekasi pimpinan Abu Zee tersebut, tetapi dia pernah satu kali berkomunikasi dengan Abu Zee melalui media sosial.

SA dan FA bahkan dinikahkan oleh Abu Zee sebelum kemudian mereka pergi dan bermukim di Kampung Menes, Pandeglang, Banten.

"Dia takut, kalau (Abu Zee) tertangkap dia juga khawatir akan tertangkap, maka dia komunikasi lewat pihak istrinya. Dia persiapan (melakukan serangan), menunggu waktu," kata dia.

Baca juga: Warga Sempat Merasa Janggal dengan Tingkah Laku Pasutri Penusuk Wiranto

Selama ini, kata Dedi, pihaknya sudah mengintai SA namun belum ditangkap karena belum ditemukan adanya persiapan atau bukti otentik untuk melakukan serangan.

Aksi yang dilakukan terhadap Wiranto, ia menjelaskan, adalah aksi spontan.

Dedi menjelaskan, dari pola yang dimiliki jaringan-jaringan teroris, tahapan yang dilakukan SA baru berada di tahapan ketiga yang dinamakan dengan istilah taklim khusus.

Taklim khusus tersebut diistilahkan mereka sebagai tahapan orang-orang yang sudah mendapat penilaian cukup kuat dari tokoh perekrutnya untuk bergabung sebagai simpatisan.

Baca juga: Sosok SA, Penusuk Wiranto di Mata Sahabat, Tolak Pancasila dan Ingin ke Suriah

Adapun tahapan pertama merupakan tahap perencanaan awal yang berupa membangun komunikasi intens baik langsung (verbal) maupun tidak langsung (melalui media sosial).

"Di situ ada tokoh yang biasa rekrutmen kepada orang-orang yang memiliki simpati kepada perjuangan ISIS," kata dia.

Kemudian tahapan kedua diistilahkan mereka sebagai taklim umum, berupa ajaran-ajaran cara menyerang untuk mematangkan sisi mental dan spiritual yang bersangkutan.

Selanjutnya, ada dua tahapan lainnya yang harus mereka lalui agar bisa melakukan aksi penyerangan mereka kepada target, dalam hal ini adalah pemerintah dan kepolisian.

Kompas TV Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan dalam konferensi pers serangan yang dilakukan Kamis (10/10/2019) adalah spontanitas pelaku yang menganggap pejabat adalah thaghut sehingga harus diserang sebagai bagian dari amaliyah. #Wiranto #WirantoDitusuk #Thaghut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Arief Poyuono Ajukan Amicus Curiae, Harap MK Tolak Sengketa Pilpres

Arief Poyuono Ajukan Amicus Curiae, Harap MK Tolak Sengketa Pilpres

Nasional
Optimis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Optimis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Nasional
Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Dibantu Tony Blair Institute, Indonesia Percepat Transformasi Layanan Digital Pemerintah

Nasional
Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Senat Mahasiswa Driyarkara Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Kabulkan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Ditanya Progres Komunikasi dengan PKB dan PPP, Gerindra: Jos!

Ditanya Progres Komunikasi dengan PKB dan PPP, Gerindra: Jos!

Nasional
Ditanya Kemungkinan Gerindra Kembali Dukung Anies di Pilkada DKI, Gerindra: Anies Siapa?

Ditanya Kemungkinan Gerindra Kembali Dukung Anies di Pilkada DKI, Gerindra: Anies Siapa?

Nasional
Dituding Jadi Penghambat Pertemuan Megawati dengan Jokowi, Hasto: Apa Perlu Saya Bacakan Komentar Anak Ranting?

Dituding Jadi Penghambat Pertemuan Megawati dengan Jokowi, Hasto: Apa Perlu Saya Bacakan Komentar Anak Ranting?

Nasional
Survei LSI: Pemilih Anies dan Ganjar Tidak Puas dengan Penyelenggaraan Pemilu 2024

Survei LSI: Pemilih Anies dan Ganjar Tidak Puas dengan Penyelenggaraan Pemilu 2024

Nasional
Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Panglima TNI Minta Para Prajurit Tak Mudah Terprovokasi Berita-berita di Media Sosial

Nasional
Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi Kasus APD Covid-19

Anggota DPR Ihsan Yunus Irit Bicara Usai Diperiksa sebagai Saksi Kasus APD Covid-19

Nasional
Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Erupsi Gunung Ruang, TNI AL Kerahkan KRI Kakap-811 dan 400 Prajurit untuk Bantuan Kemanusiaan

Nasional
Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Pertemuan Prabowo dan Menlu China Berlangsung Tertutup di Kemenhan

Nasional
Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Menlu Retno Telepon Menlu Hongaria Bahas soal Iran-Israel

Nasional
Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Bahlil Ungkap UEA Minat Investasi Panel Surya di IKN

Nasional
Petugas 'Ad Hoc' Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Petugas "Ad Hoc" Pilkada Akan Beda dengan Pilpres, KPU Buka Rekrutmen Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com