Wiranto diserang setelah meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar.
Dia kemudian hendak pulang ke Jakarta. Rombongan Wiranto berhenti di sekitar Alun-alun Menes, Pandeglang, yang merupakan lokasi helipad. Mereka ke Jakarta dengan helikopter.
Wiranto disambut Kapolsek Menes Kompol Dariyanto. Saat keluar dari mobil, Wiranto diserang oleh orang tidak dikenal.
Secara tiba-tiba, dia ditusuk. Beberapa saat setelah ditusuk, Wiranto jatuh, nyaris tersungkur. Dia terlihat memegang perut bagian bawah.
Baca juga: Beberapa Saat Setelah Ditusuk, Wiranto Sempat Jatuh
Pelaku diketahui mendekat ke arah Wiranto dan berpura-pura sebagai warga yang ingin bersalaman dengan mantan Panglima TNI tersebut.
Sedangkan, pelaku perempuan menyerang Kompol Dariyanto. Dia juga terluka akibat penikaman.
Peristiwa yang menimpa Wiranto ini pun mempertanyakan keamanan yang dilakukan kepadanya sebagai pejabat negara.
Namun, polisi membantah bahwa pengamanan terhadap Wiranto kecolongan.
Dedi mengatakan, polisi tak bisa menghalangi interaksi antara masyarakat dan pejabat publik, saat yang bersangkutan turun ke masyarakat.
"Kenapa kecolongan? Tidak ada istilah kecolongan, interaksi pejabat publik dengan masyarakat seperti halnya sudah terjadi selama ini, bersalaman, disapa, barikade pengamanan kan tetap melekat," kata dia.
Baca juga: Wiranto Ditusuk, Polri: Tak Ada Istilah Kecolongan
Pengamanan yang dilakukan kepada Wiranto sudah sesuai dengan standard operational procedure (SOP).
Dia mengatakan, saat itu pengamanan tetap ada pengamanan melekat (pamkat) dan pengamanan serta pengawalan (pamwal).