JAKARTA, KOMPAS.com – Rapat kabinet paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/10/2019), merupakan rapat kabinet terakhir di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Adapun rapat kabinet paripurna terakhir ini membahas evaluasi pelaksanaan RPJMN 2014-2019 dan persiapan implementasi APBN Tahun 2020.
Di sela rapat, Jokowi berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada para menteri Kabinet Kerja yang selama ini sudah membantu pemerintahannya bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Baca juga: Rapat Kabinet Terakhir, Jokowi Ucapkan Terima Kasih ke Para Menteri...
Jokowi dan wakilnya, Maruf Amin, akan dilantik pada 20 Oktober, dan segera memiliki kabinet baru.
Jokowi mengingat momen lima tahun lalu saat awal pembentukan Kabinet Kerja. Ia saat itu menyampaikan tidak ada visi misi menteri, yang ada adalah visi misi Presiden dan Wakil Presiden.
Jokowi mengaku menyampaikan hal itu agar semuanya berada dalam satu visi, satu tujuan, dan satu jalur.
Baca juga: Ditanya Susunan Kabinet, Maruf Amin Bilang Rahasia
"Kita lihat dalam lima tahun ini telah banyak yang kita kerjakan dengan berbagai keterbatasan-keterbatasan yang ada. Dan juga masih banyak pekerjaan-pekerjaan rumah yang belum bisa kita selesaikan," kata Jokowi.
Jokowi menyebut selama lima tahun ini pemerintah telah menyusun sebuah fondasi bagi arah pembangunan nasional agar lebih tangguh, lebih produktif, serta lebih merata.
Pemerintah juga telah melakukan reformasi di bidang fiskal sehingga APBN menjadi semakin sehat dan semakin mandiri.
Baca juga: Perppu KPK Dinilai Dapat Jadi Kartu Truf Jokowi dalam Susun Kabinet
Pemerintah juga telah meletakkan fondasi bagi pembangunan Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris, dalam melakukan percepatan di bidan infrastruktur.
Selanjutnya pemerintah juga telah memulai reformasi struktural.
"Tetapi memang belum besar-besaran. Sehingga kita harapkan nanti di lima tahun ke depan kita akan melakukan reformasi struktural ini secara besar-besaran dalam rangka meningkatkan daya saing, memangkas banyak aturan, prosedur yang menghambat, yang berbelit-belit yang kita punyai saat ini," kata Jokowi.
Kantongi nama menteri
Jokowi mengaku sudah mengantongi sejumlah nama dalam pemilihan Kabinet Menteri Jilid II periode 2019-2024. Bahkan, hal tersebut ia sampaikan sejak Juli 2019.
Jokowi mengatakan, dengan masuknya sejumlah nama tersebut, membuatnya lebih mudah untuk memilih.
"Soal kabinet, saat ini sudah mulai masuk nama-nama. Kita mengumpulkan pilihan, jadi memilihnya lebih mudah karena banyak alternatif," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi Minta Tak Diganggu Susun Kabinet, Nasdem: Partai Koalisi Sudah Tahu
Kemudian, saat bincang-bincang dengan pemimpin redaksi media massa di Istana Negara, Rabu (14/8/2019), Jokowi mengaku telah mantap dengan nama-nama calon pembantunya di periode kedua.
"Sudah final semua. Tinggal kami umumkan. Bisa Agustus, bisa juga saat pelantikan. Semua sudah final," ujar Jokowi.
Meski belum menyebutkan nama-namanya, yang pasti Jokowi akan memasukan beberapa nama yang masih muda untuk menempati jabatan menteri.
Baca juga: Jokowi Minta Tak Diganggu Susun Kabinet, Sekjen PPP: Semua Menunggu...
Hal ini tidak lepas dari keinginannya untuk menjadikan pemuda agar mendapatkan peranan dalam menjadi pemimpin.
Kriteria menteri Jokowi
Setelah ditetapkan sebagai presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Mei 2019, Jokowi mulai disinggung soal rencana pembentukan kabinet.
Menurut Jokowi, ada dua aspek utama yang harus dimiliki jajaran kabinetnya nanti.
"Saya sampaikan bolak-balik, mampu mengeksekusi program-program yang ada, kemampuan eksekutor yang paling penting. Memiliki kemampuan manajerial yang baik, seperti mengelola sebuah ekonomi, baik ekonomi makro, kemampuan ekonomi daerah, maupun semuanya," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Kabinet Itu Hak Prerogatif Presiden, Jangan Ikut Campur!
Selain sebagai eksekutor program yang mumpuni, Jokowi juga menginginkan jajaran kabinetnya nanti bisa menangani masalah-masalah yang ada dan mampu mengeksekusinya dengan benar.
Selain itu, Jokowi juga menekankan pentingnya menteri-menteri yang berintegritas.
"Ya, yang lain memiliki intergritas, memiliki kapabilitas yang baik. Tapi yang paling penting adalah mampu mengeksekusi, memiliki kemampuan manajerial yang baik. Dua hal yang penting itu," kata dia.
Baca juga: Megawati Minta Kabinet Jokowi Tak Buru-buru Disusun
Jokowi mengaku tidak akan membedakan latar belakang profesional atau partai politik dalam menyusun kabinet pemerintah 2019-2024.
Menurut dia, yang penting orang tersebut punya kemampuan seperti yang ia harapkan.
Sebab, banyak juga kader partai politik yang merupakan profesional di bidangnya.
"Kabinet diisi oleh orang ahli di bidangnya. Jangan sampai dibeda-bedakan ini dari profesional dan ini dari (partai) politik, jangan seperti itulah, karena banyak juga politisi yang profesional," kata Jokowi dalam wawancara khusus dengan harian Kompas, Senin (1/7/2019).
Baca juga: Ini Mobil Dinas Baru bagi Menteri-menteri Kabinet Jokowi-Maruf...
Sikap Jokowi ini berbeda dengan saat pertama kali ia terpilih menjadi Presiden RI pada 2014.
Saat itu Jokowi membagi dua menterinya menjadi dua kategori, yakni 16 dari partai politik dan 18 dari profesional.
Namun, kini menurut Jokowi tak penting lagi apakah menteri itu berasal dari kalangan profesional atau parpol.
"Yang penting setiap kementerian diisi oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Mengerti masalah-masalah yang ada di dalamnya sehingga gampang mengeksekusi program, gampang menyelesaikan masalah-masalah yang ada," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi Ungkap Kriteria Mendikbud di Kabinet Baru
Kriteria lainnya yang diinginkan Jokowi untuk membantunya lima tahun ke depan yakni harus memiliki kemampuan untuk mengeksekusi program secara tepat dan cepat.
Kemudian, dia harus memiliki kemampuan manajerial.
Kemampuan ini penting untuk bisa mengelola personalia dan anggaran sehingga organisasi kementerian itu betul-betul bisa efektif.
Selanjutnya, kabinet mendatang juga akan banyak diwarnai dengan anak-anak muda.
"Ya, bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun, kenapa tidak? Tapi dia harus mengerti manajerial, dan mampu mengeksekusi program-program yang ada. Umur 30-an juga akan banyak," kata Jokowi.
Baca juga: Ini Tantangan yang Akan Dihadapi Menteri Muda jika Duduk di Kabinet Jokowi
Jokowi menyebut era globalisasi seperti sekarang diperlukan orang-orang yang dinamis, fleksibel, dan mampu mengikuti perubahan zaman yang sangat cepat sekali.
Sementara terkait kekhawatiran bahwa anak muda belum mempunyai pengalaman dalam manajemen pemerintahan, Jokowi menilai hal itu bisa diatasi dengan keberadaan para menteri koordinator.
Baca juga: Jika Ada Menteri Muda di Kabinet Jokowi, Jangan Cuma Berharap Ide Segar...
Menko di empat bidang nantinya akan tetap diisi oleh senior yang sudah punya pengalaman panjang di bidang kerjanya.
"Saya kira tidak perlu kekhawatiran semacam itu," kata Jokowi.
Siapa yang bertahan dan hengkang?
Dari kriteria-kriteria yang disebutkan, terlihat Jokowi telah menyeleksi menteri-menterinya di periode pertama untuk berlanjut di periode kedua.
Jokowi menyebut ada beberapa menteri yang bertahan di kabinet, entah di posisinya saat ini atau berganti posisi menempati posisi yang lebih strategis dengan kewenangan lebih luas.
Baca juga: Jokowi Diingatkan Tak Umumkan Kabinet Sebelum Dilantik
Namun, ada juga menteri yang harus pergi untuk tugas lain yang lebih tepat.
Menurut Jokowi, menteri yang bertahan adalah menteri yang jelas implementasi kebijakannya, melakukan perombakan, sekaligus melakukan perbaikan atas perombakan itu.
"Tidak hanya merombak, membongkar, tetapi juga melakukan perbaikan atas perombakan dan pembongkaran itu," ujar Jokowi.
Baca juga: Jokowi dan Calon Menteri Muda, di Kabinet Sekarang Siapa yang Termuda?
Jokowi akan mempertahankan menteri yang bisa mengkesekusi masalah dengan baik meskipun kerap tidak disukai oleh publik.
Sebaliknya, dia tidak akan segan mengganti menteri yang disukai publik tetapi sebenarnya menimbulkan masalah.
Untuk mengisi kabinetnya, Jokowi juga akan menarik salah satu kepala daerah untuk menjadi menteri.
Baca juga: Menteri Muda di Kabinet Dinilai Akan Berani Lakukan Terobosan
Terkait isu hangat untuk posisi Jaksa Agung, Jokowi menegaskan, Jaksa Agung bukan berasal dari partai politik.
Artinya, Jokowi tak akan mengulang cerita penunjukan Muhammad Prasetyo sebagai Jaksa Agung.
Sebab, Prasetyo sebelumnya merupakan kader Partai Nasional Demokrat dan sempat menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019.
Baca juga: Porsi 45 Persen Kabinet dari Parpol Dinilai Bisa Memecah Koalisi Jokowi
Terkait teka teki soal menteri, peneliti dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai, ada tiga faktor yang mungkin menjadi pertimbangan Jokowi mempertahankan seorang menteri dalam kabinet saat ini untuk kembali duduk di kabinet barunya.
Menurut dia, faktor pertama adalah chemistry dan kinerja sang menteri.
"Jadi orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Jokowi dan berhasil memenuhi target yang sudah ditetapkan oleh Jokowi, itu akan dipertahankan," kata Arya.
Baca juga: Kabinet Baru Jokowi, Sri Mulyani Cocoknya Jadi Menteri Apa?
Faktor kedua, kedekatan dengan partai.
"Karena koalisi gemuk dan berasal dari banyak partai, menteri-menteri bisa saja diusulkan oleh partai politik," lanjut dia.
Menurut Arya, menteri-menteri pada kabinet saat ini yang memiliki kedekatan dengan partai politik tertentu, bisa saja diusulkan oleh partai politik tersebut dan dipertahankan oleh Jokowi.
Baca juga: Syafii Maarif Minta agar Kabinet Diisi Orang Profesional dan Tidak Anti-partai
Faktor ketiga, kebutuhan dan kekhususan. Faktor ini dapat membuat menteri tersebut dipertahankan oleh Jokowi.
Namun, lanjut Arya, siapa saja menteri yang mungkin dipertahankan Jokowi tidak bisa hanya dilihat dari satu atau dua variabel.
"Perlu kombinasi dari tiga faktor yang membuat menteri tersebut dapat dipertahankan oleh Jokowi," kata Arya.
Baca juga: Soal Pengumuman Kabinet, Jokowi: Bisa Agustus, Bisa Oktober Saat Pelantikan
Arya pun menyebut tiga menteri yang kemungkinan dipertahankan oleh Jokowi, yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Ketiga menteri itu dianggap memiliki kinerja yang cukup baik, dekat dengan Jokowi, dan sesuai dengan kebutuhan pada periode mendatang. Namun, belum tentu menteri-menteri tersebut masih dipertahankan di pos yang sama.
Prediksi tersebut juga disampaikan analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Baca juga: Kata Erick Thohir soal Peluangnya Masuk ke Kabinet Jokowi
Ia juga memprediksi Sri Mulyani dan Basuki masih dipertahankan Jokowi.
Selain itu, muncul nama Menteri Perencanaan Pembanagunan Nasional Bambang Brodjonegoro yang juga diprediksi tetap berada di kabinet.
"Kan kalau digonta ganti nanti berubah lagi program yang sedang berjalan saat ini. Mereka yang tahu masterplan, pemindahan ibu kota, jadi tidak bisa diganti," kata Pangi.
Jika menteri-menteri strategis itu diganti, maka harus beradaptasi lagi dari awal dan mengejar ketertinggalan program yang tengah berjalan.
Baca juga: Jokowi Ungkap Ada Menteri Berusia di Bawah 30 Tahun dalam Kabinet Baru
Nama lain yang Pangi sebutkan yakni Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Sebab, ada kebijakan yang sudah berjalan dan dirasa sulit untuk digantikan orang lain.
Jokowi pernah menyatakan bahwa ia ingin kabinetnya nanti mampu berlari lebih kencang sehingga sulit mengganti orang-orang tersebut.
"Mungkin ada menteri yang akselerasinya tidak perlu lagi penyesuaian, bisa bekerja lebih cepat akselerasinya karena sudah terbiasa dengan kondisi tersebut," kata Pangi.