JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa sebaran titik api atau hotspot di area-area kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menurun.
Pelaksana Tugas Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Rafless Brotestes Panjaitan mengatakan, dari laporan per Selasa (24/9/2019) pagi, terjadi penurunan hotspot menjadi 1.352.
Semula, jumlah hotspot terpantau ada 2.533 pada Senin (23/9/2019).
"Jadi ada penurunan. Hotspot belum tentu ada api, tapi api itu dilakukan pemadaman oleh regu-regu satuan tugas (satgasl yang ada," ujar Rafless dalam jumpa pers di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Selasa (24/9/2019).
Raffles mengatakan, Selasa pagi ini beberapa titik kebakaran masih ditemukan tetapi sudah ditangani langsung oleh satgas. Antara lain, seperti di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Baca juga: Per Selasa, 14 Perusahaan Jadi Tersangka Kebakaran Hutan dan Lahan
Menurut dia, teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan melakukan hujan buatan menjadi penyebab berkurangnya jumlah hotspot yang ada.
"Hujan yang terjadi sudah menurunkan jumlah hotspot," kata dia.
Sejauh ini, diketahui masih ada 64 hotspot di Riau, 165 hotpsot di Sumatera Selatan, dan 130 hotspot di Jambi.
Kemudian, di Kalimantan Tengah masih ditemukan banyak hotspot hingga 475, terutama di wilayah Kota Waringin Timur.
Baca juga: BMKG: Ada 221 Titik Hotspot di Kaltim, Terbanyak di Kabupaten Berau
Selanjutnya di Kalimantan Barat yang tinggal 39 hotspot, Kalimantan Selatan 61 hotspot, serta Papua yang juga ditemukan ada 7 hotspot.
"Selain upaya-upaya di samping tadi juga dilakukan water bombing, patroli dan penegakan hukum terutama kepada pembakar baik perorangan maupun stakeholder," kata dia.
Jumlah hotspot yang menurun ini juga merupakan dampak dari turunnya hujan buatan yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam beberapa waktu terakhir.
Setidaknya di Kalimantan Barat saja sudah turun hujan buatan sebanyak 70 juta meter kubik. Kemudian di Kalimantan Tengah 15 juta meter kubik, serta Riau 30 juta meter kubik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.