Kunjungan itu hanya semata-mata studi banding antara partai-partai dua negara. Studi banding itu pun, ia melanjutkan, berdasarkan kajian ilmiah.
“Saya tetap antikomunis, saya tetap Golkar. Jadi jangan keliru menterjemahkannya. Kami kerja sama bukan soal ideologinya, tetapi lebih pada tata cara pengelolaan partai. Saya setuju untuk tetap diteruskan kerja sama ini,” tuturnya.
Agung meminta semua pihak untuk tidak berprasangka buruk atas kunjungan PKC ke Golkar.
“Jangan phobia, hubungan kita tetap terbuka dan Golkar selalu menjaga dan menghargai kedaulatan masing-masing. Saya kira PKC juga sama,” ucapnya.
Agung merasa perlu menegaskan hal itu karena ada pihak-pihak yang memakai momen kunjungan PKC ini untuk mendiskreditkan Airlangga Hartarto dan Golkar.
"Ini menjelang Munas Golkar, jadi ada yang berusaha goreng-goreng pertemuan seolah-olah Golkar melenceng," ujarnya.
Beberapa waktu belakangan, Golkar mengirimkan kadernya studi banding ke PKC.
“Sekarang malah lebih banyak bicara soal ekonomi. Berbicara soal jalur sutera atau One Belt One Road, bahkan saya lihat lebih banyak bicara soal kapitalis,” ungkap Agung.
Topik ekonomi tentu menarik dipelajari karena Cina berpaham komunis, tetapi ekonominya kapitalis.
Agung menambahkan kunjungan ke Cina tak hanya dilakukan oleh Golkar. PDI-P, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, dan PPP dan PKB juga berkunjung ke PKC di Cina.
Bahkan, Song Tau juga menyempatkan diri bertemu Ketua Umum PDI-P dan Gerindra dalam kunjungan singkatnya.
“Tiga partai itu secara khusus mereka kunjungi. Jadi kenapa diributkan soal Golkar yang aneh-aneh,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.