Bahkan, teror terhadap pimpinan, penyidik hingga pegawai KPK tak hanya sebatas fisik.
Ada juga teror yang bersifat ilmu hitam seperti menggunakan santet. Namun, teror jenis ini tak dialami langsung oleh Johan.
Meski kerap diteror, namun menurut dia para personel di KPK tak pernah sampai melapor ke polisi atau mengungkapkan cerita ini kepada media.
Johan Budi tak memiliki latar belakang politik sebelummya. Kabar bahwa dia bergabung dengan PDI-P dan menjadi calon anggota legislatif berhembus pada pertengahan 2018.
Kala itu, ia mengaku sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan maju menjadi calon wakil rakyat.
"Keputusan ini saya ambil setelah melakukan evaluasi terhadap tugas dan pekerjaan saya saat ini dan perenungan dalam enam bulan terakhir, serta juga sudah berdiskusi dengan keluarga. Saya memutuskan untuk beralih dalam ladang pengabdian yang berbeda, yaitu melalui jalur politik," ujar Johan, 17 Juli 2018.
Baca juga: Ini Alasan Johan Budi Jadi Caleg DPR dari PDI-P
Johan menganggap dirinya akan bisa berbuat lebih banyak untuk negara jika menjadi anggota DPR.
Ia memilih PDI-P sebagai partai yang mengusungnya karena dianggap partai yang lebih banyak menyentuh dan bicara tentang rakyat kecil.
"Selain itu, konsep PDI-P tentang Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila serta paham nasionalis religius yang diusung PDI-P sesuai dengan prinsip saya dalam bernegara," kata Johan Budi
Johan Budi mengakui bahwa dana yang dimilikinya terbatas, hanya di kisaran ratusan juta rupiah. Dia tidak punya uang sampai Rp 1 miliar.
Namun, yang ia lakukan adalah melakukan kampanye sehemat mungkin dan seefektif mungkin. Johan mengaku tidak memiliki banyak agenda berkampanye.
Biasanya, Johan berangkat menuju daerah pemilihan pada Jumat sore dan kembali ke Jakarta, pada Senin pagi.
Biaya yang dikeluarkan antara lain untuk transportasi pesawat, menyewa mobil dan pengemudi untuk bisa menjangkau tempat tinggal warga yang jauh di pedesaan, serta akomodasi dan penginapan.
Baca juga: Cerita Johan Budi Nyaleg, Siasati Kampanye Tanpa Bagi-bagi Amplop
Selain itu, Johan juga mengeluarkan dana untuk menyediakan alat peraga kampanye berupa stiker, kalender, hingga kaus untuk dibagikan kepada warga.
Untuk alat kampanye, Johan mengaku banyak dibantu dengan alat kampanye Jokowi saat mencalonkan diri sebagai Presiden periode kedua. Misalnya, kaos dan spanduk bergambar Jokowi dan PDI Perjuangan.
"Apa yang dibantu oleh DPP PDI Perjuangan itu tidak melulu kaos saya, tapi kaosnya 01, Pak Jokowi. Juga kaos partai. Itu saya pakai juga ketika kampanye," kata Johan.