Habibie juga menelurkan hingga 113 undang-undang baru per hari, di antaranya penyelenggaraan pemilu pada tahun 1999.
Habibie juga menceritakan saat pertanggungjawabannya sebagai presiden ditolak sebelum ia membacakannya.
"Sebelum saya membacakan, mereka mengatakan saya ditolak, bagi saya tidak masalah, buat saya menjadi presiden bukanlah segala-galanya," kata Habibie.
Habibie percaya bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat, dan ia menepati janjinya untuk mengembalikan kekuasaan di tangan rakyat dalam pemilu pertama secara demokratis di Indonesia pada tahun 1999 silam.
Sampai akhirnya Habibie terpaksa lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka.
Pada masa pemerintahannya, Timor Timur lepas dari NKRI dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
Setelah tak lagi menjabat presiden, Habibie sempat tinggal dan menetap kembali di Jerman. Kemudian, di era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasihat presiden dan mendirikan Habibie Center.
Masa jabatan Habibie sebagai memang singkat, mulai 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Namun, penghargaan yang diberikan untuk dirinya tak terhitung.
Di luar negeri, Habibie sudah memborong banyak penghargaan terkait teknik mesin dan pesawat.
Ia juga menerima bintang penghargaan "Das Grosse Verdenstkreuz Mit Stern und Schulterband" dan "Das Grosse Verdienstkreuz" dari Pemerintah Republik Federal Jerman.
Penghargaan itu diberikan kepada orang yang sangat berjasa pada pemerintahan Jerman baik pada bidang politik, sosial maupun teknologi.
Di Indonesia, Habibie mendapatkan penghargaan "Lifetime Achievement Award" dari Komisi Pemilihan Umum karena saat menjabat presiden pernah mengeluarkan kebijakan untuk percepatan pelaksanaan pemilu.
Berkat Habibie, pemilu digelar lebih cepat, yakni pada 1999.Pada era Habibie pula multipartai di Indonesia dimulai pasca tumbangnya Orde Baru.
Namanya pun abadi menjadi nama jalan, monumen, dan kisah cintanya dengan Ainun yang diadaptasi dalam film.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.