Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Terbunuhnya Munir, Suciwati: Penjahatnya Kuat sampai Presiden Tak Berani

Kompas.com - 06/09/2019, 17:52 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Istri aktivis HAM Munir Said Talib, Suciwati, menyebutkan bahwa kasus suaminya yang hingga saat ini belum tuntas karena ada permufakatan jahat dari aktor intelektualnya.

Hal tersebut, kata dia, yang menyebabkan presiden sejak era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo (Jokowi) saat ini tak berani mengungkapnya.

"Ini permufakatan jahat penjahatnya kuat sehingga presiden tidak berani mengungkapnya. Ini sebuah kemunduran untuk negeri kita karena menunjukkan penjahatnya lebih kuat," kata Suciwati saat memberikan keterangan dalam konferensi pers 15 Tahun Terbunuhnya Aktivis HAM Munir di Kontras, Jumat (4/9/2019).

Baca juga: 15 Tahun Terbunuhnya Munir, Kabinet Jokowi Diminta Bersih dari Pelanggar HAM

Suciwati mengatakan, kasus pembunuhan suaminya yang belum tuntas ini membuatnya prihatin.

Dia pun berharap agar realitas pahit yang terjadi saat ini bisa diperbaiki. Terlebih hal ini sudah berlangsung selama 15 tahun.

"Kasus Munir sudah 15 tahun. Ini angka yang cukup banyak buat saya," kata dia.

Menurut dia, kasus pembunuhan suaminya pada 7 September 2004 ini sudah terang benderang.

 

Baca juga: 15 Tahun Tragedi Pembunuhan Munir, Ini Desakan Koalisi Keadilan...

Salah satunya dengan sudah dibuatnya tim pencari fakta (TPF) oleh presiden dan DPR hingga menghasilkan rekomendasi dan memuat nama-nama tokoh yang terkait yang sedianya harus ditindaklanjuti.

"Tapi di persidangan banyak kejanggalan. Lembaga yang selama ini ikut bersama, seperti Komnas HAM melakukan eksaminasi dalam kasus Muchdi PR, ini harus diulang karena banyak hal janggal," kata dia.

Muchdi PR sendiri pernah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi pada 2008 karena keterlibatannya dengan kasus pembunuhan Munir tersebut.

Baca juga: Tak Ingin Kasus Munir Terulang, Amnesty Desak Polri Buka Laporan TGPF Kasus Novel

Namun, dia dinyatakan tak terlibat sehingga hakim mengatakan bukti-bukti yang diduga mengarahkan dirinya dalam kasus tersebut dinyatakan lemah. 

"Kalau bilang soal peradaban, Pak SBY sudah mengatakan ini sejarah bangsa kita. Kalau tidak selesaikan kasus Munir, ya kita bukan negara beradab," kata dia.

"Kami tak peduli siapa pun presidennya, tapi kami menunggu presiden yang berani mencari strategi hukum dan kebenaran bisa kita raih," ucap dia.

Kompas TV Pollycarpus bebas bersyarat berdasarkan surat Kementerian Hukum dan Ham pada 13 november 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com