JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengungkapkan, keterwakilan perempuan di parlemen meningkat menurut hasil Pemilu 2019.
Jika pada hasil Pemilu 2014 keterwakilan perempuan di DPR sebanyak 17,19 persen, pada Pemilu tahun ini meningkat menjadi 20,25 persen.
Sementara untuk keterwakilan perempuan di DPD, pemilu kali ini mencapai 30 persen dari sebelumnya 25,4 persen.
Baca juga: Keterwakilan Perempuan Hanya 8 dari 50, Pimpinan DPRD Kota Bekasi Enggan Salahkan Partai
"Persentase ini saya pikir karena seluruh perempuan di Indonesia sudah menyadari bahwa perempuan itu sudah mulai diperhitungkan oleh dunia," kata Yohana di acara Peningkatan Kapasitas Perempuan Anggota DPR, DPD, dan DPRD Hasil Pemilu 2019 di Hotel Menara Peninsula, Senin (2/9/2019).
Dia mengatakan, Kementerian PPPA sudah memiliki grand design yang telah disebarluaskan ke seluruh Indonesia untuk mengedukasi perempuan-perempuan yang berminat menjadi legislator.
Hal tersebut juga, kata dia, efektif untuk menaikkan angka keterwakilan perempuan di parlemen.
Target Kementerian PPPA, sebanyak 30 persen perempuan bisa memenuhi kursi parlemen. Namun target itu belum tercapai.
Padahal, Yohana mengaku melihat banyak baliho dan spanduk para calon legislatif perempuan jika sedang berkunjung ke daerah-daerah.
"Saya keliling Indonesia itu, menjelang pemilu banyak foto perempuan perempuan yang muncul. Namun kalau dilihat hasilnya belum memenuhi target," pungkas dia.
Sementara itu, Presidium Kampus Parlemen Perempuan Indonesia Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengharapkan para anggota parlemen perempuan yang terpilih, berani tampil ke hadapan publik.
"Perlu belajar, harus bisa bersuara lebih banyak, berpendapat, punya inisiatif untu ambil peran substantif dan menjadi pimpinan lembaga atau alat kelengkapan yang ada," kata dia.
Baca juga: Perludem: Keterwakilan Perempuan dalam Pileg 2019 Terbanyak Sepanjang Sejarah
Hemas juga meminta agar para anggota parlemen terpilih ini bisa terus belajar dan meningkatkan kompetensi diri dan menyerap isu yang sedang beredar di masyarakat baik di pusat maupun di daerah.
"Jika harus cari isu-isu strategis. Perlu jalin kolaborasi dengan berbagai institusi di pusat dan daerah," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.