Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abraham Samad Ingin Temui Jokowi Sampaikan Capim KPK yang Bermasalah

Kompas.com - 29/08/2019, 10:04 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah mantan petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ingin menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan persoalan hasil seleksi Calon Pimpinan KPK periode 2019-2023.

Di hadapan Presiden, mereka bakal meminta sejumlah capim yang diduga bermasalah tak diserahkan namanya ke DPR untuk diloloskan.

"Kita sebagai mantan pimpinan dan tokoh masyarakat sangat berharap ada respon yang serius dari bapak presiden untuk segera tidak meloloskan nama-nama yang bermasalah yang kami anggap bisa melumpuhkan dan merontokkan lembaga yang kita cintai yaitu KPK," kata mantan Ketua KPK Abraham Samad di Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2019).

Baca juga: Capim KPK, dari Visi dan Misi hingga Beberkan Kelemahan KPK...

Pernyataan Abraham itu juga mewakili sejumlah mantan petinggi KPK lainnya seperti eks Ketua KPK Busyro Muqoddas dan eks Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.

Abraham mengatakan, ada ancaman yang sangat berbahaya yang akan menimpa KPK jika proses seleksi capim yang sekarang ini tetap dilanjutkan.

Sebab, sejumlah nama yang lolos sampai ke tahapan ini diduga bermasalah.

Ada yang mempunyai catatan pernah menghambat proses penegakan hukum oleh KPK.

Baca juga: Tunjukkan Bukti Rekam Jejak Capim, KPK Undang Pansel

Ada pula yang tidak patuh LHKPN, sampai dengan diduga melakukan berbagai pelanggaran etik ketika bertugas di KPK.

"Ini adalah bagian dari rasa bentuk keprihatian kami mendalam melihat bahwa ada semacam ancaman yang sangat berbahaya," ujar Abraham.

Abraham dan mantan petinggi KPK lainnya berpendapat, Presiden menjadi kunci terakhir yang diharapkan mampu menyelesaikan persoalan ini.

"Kami meminta kepada Bapak Joko Widodo untuk dapat mengambil sikap tegas," katanya.

Baca juga: Capim KPK Lili Pintauli: 10 Tahun Saya di LPSK, Hanya 13 Justice Collaborator Dilindungi

Sebanyak 20 nama dinyatakan lolos profile assessment oleh Panitia Seleksi Capim KPK periode 2019-2023.

Dari jumlah tersebut, terdapat empat perwira Polri, tiga jaksa, dan seorang pensiunan jaksa. Adapun komisioner KPK 2015-2019 yang lolos hanya Alexander Marwata. Satu komisioner, yakni Laode M Syarif, tidak lolos.

Seorang pegawai KPK juga dinyatakan lolos. Sepuluh calon lain yang lolos berprofesi hakim (1 orang), advokat (1), pegawai negeri sipil (3), dosen (3), karyawan BUMN (1), dan penasihat menteri (1).

Ke-20 capim KPK ini selanjutnya menjalani tiga tes yang dimulai dari tes kesehatan, wawancara, hingga uji publik.

Dari rangkaian tes tersebut, Pansel akan memilih 10 orang terbaik yang rencananya akan diumumkan 30 Agustus 2019.

Kompas TV Buya Syafii Maarif meminta presiden jokowi benar-benar meminta informasi yang detil terkait jejak rekam setiap calon pimpinan KPK agar KPK bisa berjalan tanpa ada kekurangan dari pimpinannya.<br /> <br /> Sementara untuk komisi tiga DPR, Buya mengimbau anggota dewan untuk menghilangkan kepentingan politik dalam menentukan pimpinan KPK mendatang karena KPK merupakan tombak pemberantasan korupsi di tanah air.<br />
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com