"Tindakan-tindakan di lapangan yang sekarang ini sudah cukup baik, dengan tetap mengedepankan sisi humanis, itu baik," ujar Bambang, ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (22/8/2019).
Baca juga: Polri dan Polda Jatim Bagi Tugas dalam Usut Dugaan Diskriminasi ke Mahasiswa Papua
Hanya saja Bambang mengingatkan bahwa kekerasan yang terjadi di Manokwari, Fakfak dan Timika bukanlah berdiri sendiri.
Kekerasan yang terjadi di sana merupakan buntut dari perlakuan diskriminatif dan rasis yang dilakukan sekelompok orang kepada mahasiswa asal Papua di Pulau Jawa, khususnya Surabaya, Semarang dan Malang.
Tanpa mengusut secara tuntas dan adil pelaku diskriminasi dan rasis kepada mahasiswa Papua di tanah Jawa, maka jangan harap persoalan akan selesai bagi masyarakat Papua.
"Jadi, jangan sebatas itu (pendekatan humanis) saja. Harus ada aksi yang lebih konkret sehingga rasa sakit warga Papua bisa dikurangi," ujar Bambang.
"Tanpa ada tindakan yang konkret, tanpa aksi yang jelas, saya tidak yakin segera sembuh rasa sakitnya itu," lanjut dia.
Berbeda dengan pelaku rusuh di Timika yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, pelaku diskriminasi dan rasis yang dialamatkan kepada mahasiswa Papua di asramanya, Surabaya, belum ketahuan hingga saat ini.
Baca juga: Polri Nyatakan Komitmen Usut Dugaan Aksi Diskriminasi ke Mahasiswa Papua
Brigjen (Pol) Dedi memastikan, polisi serius dalam mencari pelakunya.
"Ya tentunya (berkomitmen). Dari Polda Jatim, sudah membentuk tim untuk melakukan investigasi secara komprehensif terhadap kasus tersebut," ujar Dedi.
Tidak hanya itu, polisi juga akan mengusut dugaan penghinaan bendera merah putih di asrama mahasiswa Papua dan juga akun di media sosial yang menyebarkan konten provokasi kepada warga di Papua sehingga muncul unjuk rasa yang berujung kerusuhan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan