BADUNG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo tidak bosan mengingatkan seluruh elemen masyarakat bahwa kecepatan merupakan kunci Indonesia menjadi bangsa yang maju.
Hal itu diungkapkan Jokowi saat membuka Muktamar V PKB di International Convention Centre Westin Resort, Badung, Bali, Selasa (20/8/2019).
Ia menyampaikan pesan tersebut melalui kisahnya berbincang empat mata dengan Emir Dubai Syekh Mohammed, empat tahun silam, saat ia sedang melakukan kunjungan kerja ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Jokowi bercerita, awalnya Syekh Mohammed tiba-tiba mengajak Presiden Jokowi untuk masuk ke dalam mobil mewah. Syekh Mohemmed sendiri yang menjadi sopir.
Baca juga: Swasta Enggan Investasi Bangun Rumah Sakit di Pelosok, Ini Sebabnya
Jokowi mengaku cukup terkejut dengan ajakan itu. Sebab protokoler kepresidenan telah menyiapkan mobil beserta pengamanannya.
"Syekh Mohammed bilang, izin dulu ke Paspampres. Saya enggak izin karena pasti enggak boleh. Saya langsung naik saja," ujar Jokowi lantas disambut tawa peserta muktamar.
"Yang di belakang saya (Paspampres dan protokol kepresidenan) begini (saling menoleh)," lanjut Jokowi menunjukkan ekspresi Paspampres dan protokol kepresidenan yang kebingungan.
Baca juga: PDI-P Dukung Jokowi Bentuk Kementerian Ekonomi Kreatif dan Investasi
Jokowi mengatakan, peristiwa itu mencontohkan luwes dan cepatnya keprotokolan di Uni Emirat Arab beradaptasi dengan dunia yang baru.
Keluwesan dan kecepatan juga terjadi pada sektor ekonomi di Dubai sehingga investor gampang dalam menanamkan modalnya.
Imbasnya, perekonomian di negara itu meningkat drastis dari tahun ke tahun.
"Uni Emirat Arab punya minyak dan gas. Tapi kita punya kayu, minerba, punya batu bara, emas, nikel, bauksit tembaga. Mereka enggak punya. Sekarang income per kapita mereka 43.000 dollar AS. Kita 4.000 dollar AS," ujar Jokowi.
"Uni Emirat Arab bisa cepat melompat. Tahun 1960 mereka dari Dubai ke Abu Dhabi naik unta. Ini Syekh Mohammed sendiri yang bilang. Kita naik Holden dan Impala. 1970 mereka naik truk dan pick up, kita naik Kijang. Tapi 1980-1985 di sana lompat, Mercy, BMW. Kita masih naik Kijang. Kuncinya kecepatan," lanjut dia.
Baca juga: Total Investasi Esemka Rp 600 Miliar Tanpa Ada Campur Tangan Jokowi
Salah satu hal yang disorot Jokowi di Indonesia adalah ruwet serta tumpang tindihnya izin investasi.
Meskipun sudah banyak izin yang dipangkas, namun rupanya hal itu saja belum cukup untuk mendongkrak investasi yang berimbas pula pada stagnansi perekonomian nasional.
Ia pun mengingatkan, ke depan, bukan lagi negara besar menguasai negara kecil. Bukan pula negara kaya menguasai negara miskin. Namun negara cepat akan mengalahkan negara yang lambat.