JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian RI atau Polri mengungkapkan bahwa situasi di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat sudah kondusif pasca-demonstrasi dalam rangka memprotes penangkapan sejumlah mahasiswa asal Papua di Surabaya, Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2019).
"Update malam ini, situasi Alhamdulillah sangat kondusif," kata Dedi.
"Massa sudah menyampaikan aspirasinya dan kembali ke kediaman masing-masing atau beberapa wilayah, langsung dikawal oleh aparat Polri dan TNI," ucap dia.
Baca juga: Amnesty Sesalkan Tindakan Polisi terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya
Menurut Dedi, tidak ada insiden yang menonjol untuk wilayah Jayapura, Papua.
Sementara, aspirasi massa yang berunjuk rasa di Manokwari, Papua Barat, juga telah diterima oleh Kapolda Papua, Pangdam Kasuari, dan Wakil Gubernur Papua Barat.
Aspirasi terkait dugaan diskriminasi rasial saat penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya, menurut Dedi, akan dibawa ke pemerintah pusat.
"Bahwa, apa yang menjadi aspirasi masyarakat ditampung dan nanti akan disampaikan kepada pemerintah pusat. Kemudian juga, karena asprirasi sudah diterima, dan kemudian secara umum masyarakat juga sudah kembali," tuturnya.
Baca juga: Kericuhan di Manokwari, Polri Imbau Masyarakat Tak Terprovokasi
Di Manokwari, Dedi mengatakan terdapat beberapa titik jalan yang masih diblokade oleh massa.
Meski jumlahnya tidak banyak, aparat TNI-Polri terus berdialog dengan masyarakat.
Kemudian, di Sorong, Papua Barat, juga cukup kondusif, meski sebelumnya sempat terjadi insiden perusakan Bandara Domine Eduard Osok.
"Untuk Sorong itu ada beberapa insiden. Kemudian masih ada beberapa konsentrasi massa, namun jumlahnya tidak besar dan saat ini masih tetap di bawah kontrol, kendali aparat Polri dan TNI serta pemerintah daerah," ucap dia.
Baca juga: Soal Pemberitaan Manokwari, KPI Minta Lembaga Penyiaran Junjung Prinsip Jurnalistik
Selain terjun ke lapangan untuk memitigasi tindakan anarkis dilakukan massa, polisi khususnya Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri terus memantau akun-akun yang dinilai menyebarkan konten provokatif.
Berdasarkan keterangan polisi, massa yang berunjuk rasa diduga terprovokasi konten negatif di media sosial terkait penangkapan tersebut sehingga aksi berbuntut kericuhan.
Menurut Dedi, konten-konten tersebut berisi berita bohong atau hoaks terkait penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya.
Salah satu hoaks tersebut mengungkapkan bahwa ada mahasiswa yang meninggal.