JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Partai Gerindra Habiburokhman menegaskan, penumpang gelap pada kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pemilu 2019, bukan ulama, parpol anggota koalisi, maupun pendukung dari unsur emak-emak.
"Bukan ulama, bukan parpol koalisi, dan bukan emak-emak. Saya juga lihat kok ada (penumpang gelap) dari kelompok lain. Tapi kita enggak tahu secara spesifik," ujar Habiburokhman saat ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/8/2019).
Lantas, siapa yang dimaksud penumpang gelap tersebut?
Habiburokhman mengatakan, kemungkinan, yang dimaksud adalah mereka yang terlibat kerusuhan di sejumlah titik di Jakarta pada tanggal 21-22 Mei 2019.
Baca juga: Soal Penumpang Gelap, Gerindra: Kalau Enggak Merasa, Enggak Usah Kebakaran Jenggot
Ada kelompok orang yang tidak diketahui asal-usulnya datang ke beberapa titik, kemudian berbuat onar hingga berujung pada kerusuhan dengan aparat.
"Pada tanggal 21 dan 22 (Mei) itu, saya pantau bentrok terjadi setelah massa kita sudah pulang ke Cikini, ke rumah aspirasi. Kemudian, setelah itu tiba-tiba terjadi kerusuhan. Itu dua hari berturut-turut seperti itu," ujar Habiburokhman.
Ia menegaskan, benar-benar tidak tahu dari mana orang-orang tersebut.
Di sisi lain, Habiburokhman mengakui, ada kelompok yang beririsan dengan kubu Prabowo. Sebagian merupakan pendukung Prabowo, namun sisanya ada yang tidak diketahui identitasnya.
Kendati demikian, ia bersyukur Prabowo tidak terpengaruh dengan penumpang gelap tersebut.
"Bukan parpol koalisi, bukan ulama dan bukan emak-emak. Kita juga enggak tahu identitasnya apa. Memang momen politik kemarin ada yang berisisan sama kami, sebagian pendukung, sisanya kita enggak tahu," lanjut dia.
Baca juga: Soal Penumpang Gelap di Kubu Prabowo, Rachmawati: Kami Tetap Waspada
Keberadaan penumpang gelap itu pertama kali diungkapkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Menurut Dasco, penumpang gelap itu kerap menyudutkan Prabowo dan Gerindra pada Pilpres 2019.
Prabowo kesal karena ulah para penumpang gelap itu. Bahkan, mantan Danjen Kopassus tersebut, kata Dasco, ingin membuat para penumpang gelap tersebut gigit jari.
Dasco menceritakan, langkah pertama Prabowo yang tidak diduga kelompok penumpang gelap itu adalah meminta para pendukungnya tidak menggelar unjuk rasa saat sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).
Putusan ini, kata Dasco, bikin para penumpang gelap itu gigit jari.
"Itu di luar dugaan banyak orang. Itu namanya penumpang gelap gigit jari," kata Dasco.
Langkah Prabowo berikutnya adalah memutuskan untuk bertemu presiden terpilih Joko Widodo. Langkah ini juga membuat penumpang gelap itu ngenes.