KOMPAS.com - Film Bumi Manusia akan tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis (15/8) besok.
Diadaptasi dari novel Pramoedya Ananta Toer, film tersebut disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Keinginan Hanung untuk menggarap Bumi Manusia sebenarnya sudah ada sejak tahun 1996-1997. Namun, niatan tersebut tidak terlaksana lantaran mendapat penolakan dari Pram.
Kesempatan Hanung untuk menyutradarai film Bumi Manusia kembali datang pada tahun 2008.
Usai kesuksesan film Ayat Ayat Cinta, Hanung ditawari oleh Hatoek Soebroto dan Deddy Mizwar untuk menjadi sutradara film Bumi Manusia.
Meski Hanung langsung menerima tawaran itu dan bahkan rela tak dibayar, tetapi film Bumi Manusia diambil alih oleh Mira Lesmana.
Sejak 2010 hingga 2012, Mira menyiapkan produksi film. Mulai dari mencari pemain, lokasi, riset, hingga pendanaan.
Usaha Mira tak berhasil. Ia kekurangan dana dan tak kunjung mendapatkan investor. Hingga akhirnya pada 2014, rumah produksi Falcon Pictures membeli hak adaptasi Bumi Manusia dan karya Pram lainnya, yakni Perburuan.
Pada akhirnya, Hanung kembali mendapat kesempatan untuk menyutradarai Bumi Manusia dua dekade kemudian.
Baca juga: Pram dan Pulau Buru, Tempat Lahirnya Bumi Manusia
Hanung pun tidak menyia-nyiakan kesempatan besar yang datang kepadanya dan mencurahkan seluruh jiwanya untuk menggarap Bumi Manusia.
"Bumi Manusia ini bukan pekerjaan buat saya. Ini ibadah," kata Hanung seperti diberitakan Kompas.com (14/8/2019).
Hanung tidak mempedulikan anggapan ia merusak dan mengkomersialisasikan sastra.
Baginya, membuat anak-anak millenial untuk menikmati karya Pram adalah hal yang paling penting.
"Ketika saya buat Bumi Manusia, yang membuat rileks adalah saya tidak akan mengejar pujian sesuai pembaca novelnya. Sorry banget, saya enggak mau jadi itu. Itu bikin saya stres," ungkap dia.
"Yang saya kejar adalah saya harus melihat bahwa karya Pak Pram yang saya baca sembunyi-sembunyi saat itu harus dibaca dengan perasaan gembira oleh anak-anak ini," lanjutnya.