Pada teks aslinya, kata yang ia gunakan adalah "mulia".
Namun, para pemuda kemudian menggantinya menjadi "merdeka".
Baca juga: 17 Agustus, Berikut 5 Film Bertema Nasionalisme yang Wajib Ditonton
Banyak yang mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya memiliki kemiripan dengan lagu La Marseille karya Rouget de L'isle (1922).
Hal itu bukan tanpa alasan, mengingat Supratman sangat terkesan dengan gairah lagu kebangsaan Perancis itu ketika pertama kali mendengarnya pada 1922.
Selain lagu Indonesia Raya, Supratman juga menciptakan beberapa lagu lain, seperti Dari Barat Sampai ke Timur, Bendera Kita, Bangunlah Hai Kawan, Ibu Kita Kartini, Indonesia Hai Ibuku, Matahari Terbit, dan masih banyak lagi.
Sebelum meninggal, Supratman sempat ditangkap pada 7 Agustus 1938 oleh pihak Belanda karena lagu terakhirnya, Matahari Terbit.
Pihak Belanda menafsirkan lagu itu berkaitan dengan bangkitnya kekaisaran Jepang.
Tuduhan tersebut tak terbukti.
Supratman pun akhirnya dibebaskan dari penjara.
Tak lama setelah itu, Supratman mengalami sakit keras yang berujung pada kematiannya.
"Mas, nasibku sudah begini. Inilah yang disukai oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saya meninggal, saya ikhlas. Saya toh sudah beramal, berjuang dengan caraku, dengan biolaku. Saya yakin Indonesia pasti merdeka," pesannya kepada Urip Kasansengari sebelum meninggal.
W R Supratman meninggal pada 17 Agustus 1938 di usia yang relatif muda, 35 tahun.
Tujuh tahun kemudian, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, tanggal yang sama dengan berpulangnya Supratman.
WR Supratman mendapatkan anugerah gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 1971.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan