Minke dan Nyai Ontosoroh berjuang untuk mempertahankan status Anneleis agar dapat tinggal di Indonesia, meski berujung kegagalan.
Sosok Minke juga hadir dalam konflik agraria yang dialami Kromodongso.
Ia bersedia membela para petani di bawah penindasan tuan-tuan Belanda.
Pada akhirnya apa yang dilakukan semua perlawanan yang dilakukan tidak membuahkan hasil.
Baca juga: Pramoedya Ananta Toer dan Bumi Manusia, Perlawanan dari Dalam Penjara
Namun ada satu hal yang patut digarisbawahi dari perjuangan Minke, perlawanan penuh harga diri sampai batas akhir.
"Kita telah melawan, Nak Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya," kata Nyai Ontosoroh kepada Minke dalam kalimat penutup novel Bumi Manusia.
Pramoedya Ananta Toer adalah sastrawan besar Indonesia. Cerita-cerita pendek dan novel-novelnya telah menjadi monumen kejayaan sastra prosa Indonesia yang tak akan terhapuskan dari sejarah sastra Indonesia.
Apabila orang menulis atau membicarakan sejarah sastra Indonesia dengan mencoba menghapuskan nama Pramoedya dari sejarah itu, berarti ia adalah seorang pendusta.
Saya menghormati rasa keadilan Pramoedya Ananta Toer. Tetapi saya tidak menyetujui ideologi dan cara yang ia pakai untuk memperjuangkan keadilan itu.
Saya lebih memilih cara-cara yang demokratis dan yang menghargai hak asasi manusia, yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 45. Begitulah pandangan almarhum W.S Rendra tentang sosok Pramoedya, seperti yang telah dimuat di Harian Kompas (14/8/1995).
(Sumber: Kompas.com/Nibras Nada Nailufar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.