“Presiden dalam pidato, kami harap mampu memberi motivasi yang kuat kepada rakyat tentang apa yang perlu dilakukan dalam menghadapi pertarungan global," kata Iskan Qolba.
Ia menekanya, Presiden sebagai pemimpin harus bisa menyakinkan rakyat. Pasalnya, Presiden mempunyai visi, misi, dan cita-cita besar.
Baca juga: Jokowi Berikan Tunjangan bagi PNS Fungsional Kataloger, Ini Besarannya
“Untuk itu Presiden jangan bicara hal-hal yang sifatnya teknis. Pidato yang disampaikan harus mempunyai daya ungkit yang besar,” tandas Qolba.
Terlabih lagi, kata dia saat ini ada dua masalah penting yang dihadapi oleh Indonesia.
Pertama, tentang bagaimana mengonsolidasikan antara konsep demokrasi dan kesejahteraan yang belum substantif.
"Demokrasi dalam masa reformasi berkembang luar biasa. Sayangnya, demokrasi yang berkembang adalah demokrasi struktural,” ungkapnya.
Hal itu lantaran, banyaknya anggapan bahwa untuk menjadi anggota DPR harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Padahal, hal ini salah.
Baca juga: RI Rugi Rp 478,8 Triliun akibat Serangan Siber, DPR Siapkan RUU KKS
“Jadi pemimpin itu adalah orang yang punya ide, pintar, bukan orang yang banyak duitnya”, ucapnya.
Kedua, menyatukan hubungan antara nasionalisme dan agama (Islam). Sebab, selama ini ada anggapan di masyarakat seolah-olah kalau orang Islam itu tidak nasionalis dan kalau dia nasionalis tidak Islam.
“Ini harus diselesaikan, ” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.