JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Auriga Nusantara, Hendrik Siregar menganggap padamnya listrik serentak di sebagian Jawa, Minggu (4/8/2019) lalu harus menjadi momentum bagi PLN untuk berbenah.
Menurut dia, perlu ada evaluasi kepada seluruh sumber daya manusia di dalamnya.
Tak hanya terkait dengan pemadaman listrik yang meresahkan masyarakat, tapi juga karena jajaran direksinya yang "akrab" dengan korupsi.
"Dari pucuk pimpinan ke bawah kental sekali aroma korupsi, tidak transparan. Jadi seluruh SDM-nya harus dievaluasi semua," ujar Hendrik dalam diskusi di kantor YLBHI Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Baca juga: Soal Blackout, Pengamat: Jangan Cuma Salahkan PLN
Hal terbaru, menurut Hendrik, ada Sofyan Basyir yang baru lengser dari posisi Direktur Utama setelah menjadi tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi. Sofyan Basir diduga terlibat korupsi dalam proyek PLTU Riau 1.
Sebelumnya, ada Direktur Utama PLN periode 2001-2008 Eddie Widiono yang divonis lima tahun penjara dalam kasus korupsi proyek outsourching Costumer Information System-Rencana Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) di PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) Tangerang.
Selain itu, Direktur Utama PLN Nur Pamudji periode 2011-2014 dijerat dalam kasus korupsi pengadaan bahan bakar minyak (BBM) high speed diesel (HSD).
Dahlan Iskan juga pernah dijadikan tersangka untuk dugaan korupsi yang dilakukan selama menjabat Direktur Utama PLN. Namun, setelah mengajukan praperadilan dan menang, status tersangka itu lepas.
Baca juga: Fadli Zon: Harus Ada Batas Waktu bagi PLN Investigasi Penyebab Pemadaman Listrik
Hendrik mengatakan, untuk mengelola PLN, tak cukup dari segi manajemen konflik saja, tapi juga SDM-nya.
"Sebaik apa pun sistemnya, kalau orangnya beritikad tidak baik, maka jadi korupsi," kata Hendrik.