JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengungkapkan, sebagian besar kader kader masing menginginkan Megawati Soekarnoputri kembali menjadi ketua umum partai.
Adapun pemilihan ketua umum akan dilakukan melalui mekanisme musyawarah tanpa voting saat Kongres ke V PDI-P di Hotel Inna Grand Bali Beach 8-11 Agustus 2019
Menurut Hasto, kepemimpinan Megawati selama ini sangat diterima di arus bawah.
Baca juga: Hasto: Aspirasi dari Bawah Ingin Megawati Jadi Ketum PDI-P Lagi
Sebab putri dari Presiden Soekarno itu dinilai sebagai sosok pemimpin yang visioner dan mampu mementingkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi.
"Inilah yang kemudian membuat kenapa kepemimpinan Bu Megawati Soekarnoputri begitu kuat diterima oleh arus bawah," ujar Hasto saat ditemui di kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/8/2019) malam.
Jika pada Kongres ke V nanti Megawati kembali terpilih, maka ia akan menjadi ketua umum terlama yang memimpin partai.
Baca juga: Perjalanan Politik Megawati, 3 Warisannya yang Dipuji dan Di-bully
Diketahui Megawati mendirikan dan menjadi Ketua Umum PDI-P sejak tahun 1999.
Artinya, Megawati telah memimpin partai berlambang banteng itu sekitar 20 tahun.
Ketika nanti terpilih saat kongres, Megawati akan kembali menjadi ketua umum untuk lima tahun ke depan.
"Karena kesadaran organisasi partai menempatkan Bu Mega pada peran yang strategis dan ini satu kesatuan kepemimpinan di dalam kepemimpinan ideologis," kata Hasto.
Megawati juga sempat menjadi Presiden kelima RI periode 2001 hingga 2004, menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.
Baca juga: Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara
Jika dilihat lebih jauh ke belakang, maka rekor Megawati sebagai ketua umum partai akan bertambah panjang. Sebab, dia merupakan ketua umum PDI di era Presiden Soeharto berkuasa.
Megawati Soekarnoputri terpilih dalam Kongres Luar Biasa PDI di Surabay pada Desember 1993.
Ketika itu istri dari Taufik Kiemas itu mendapat dukungan dari 27 DPD PDI untuk alih pimpinan partai berlogo banteng, hingga terpilih sebagai ketua umum periode 1993-1998.
Baca juga: Diundang ke Kongres PDI-P, Jubir Prabowo: Beliau Hormati Bu Megawati
Popularitas Megawati mengancam kekuasaan Orde Baru. Apalagi, dilansir dari buku Megawati dalam Catatan Wartawan (2017), dia langsung berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat.
Hal ini menyebabkan dualisme di partai banteng itu terjadi. Hingga akhirnya, PDI terbelah.
Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996, Pagi Kelam di Jalan Diponegoro...
Sebuah kongres PDI di Medan yang didukung Soeharto mengukuhkan kepemimpinan Soerjadi sebagai ketua umum.
Dualisme ini bahkan berujung Tragedi 27 Juli 1996. Ketika itu, DPP PDI yang dikuasai oleh pendukung Megawati berusaha diambil alih oleh pendukung Soerjadi.
Setelah Tragedi Kudatuli atau 27 Juli 1996 itu, Megawati yang mendapat dukungan dari pihak-pihak yang menentang Soeharto menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru.
Hingga kemudian setelah Orde Baru runtuh, Megawati membentuk PDI Perjuangan sebagai wahana politiknya. Selama era reformasi berjalan, PDI-P tetap setia dipimpin oleh Megawati.
Baca juga: Rangkaian Peristiwa Pasca Kudatuli 27 Juli 1996...