Jika dilihat lebih jauh ke belakang, maka rekor Megawati sebagai ketua umum partai akan bertambah panjang. Sebab, dia merupakan ketua umum PDI di era Presiden Soeharto berkuasa.
Megawati Soekarnoputri terpilih dalam Kongres Luar Biasa PDI di Surabay pada Desember 1993.
Ketika itu istri dari Taufik Kiemas itu mendapat dukungan dari 27 DPD PDI untuk alih pimpinan partai berlogo banteng, hingga terpilih sebagai ketua umum periode 1993-1998.
Baca juga: Diundang ke Kongres PDI-P, Jubir Prabowo: Beliau Hormati Bu Megawati
Popularitas Megawati mengancam kekuasaan Orde Baru. Apalagi, dilansir dari buku Megawati dalam Catatan Wartawan (2017), dia langsung berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat.
Hal ini menyebabkan dualisme di partai banteng itu terjadi. Hingga akhirnya, PDI terbelah.
Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996, Pagi Kelam di Jalan Diponegoro...
Sebuah kongres PDI di Medan yang didukung Soeharto mengukuhkan kepemimpinan Soerjadi sebagai ketua umum.
Dualisme ini bahkan berujung Tragedi 27 Juli 1996. Ketika itu, DPP PDI yang dikuasai oleh pendukung Megawati berusaha diambil alih oleh pendukung Soerjadi.
Setelah Tragedi Kudatuli atau 27 Juli 1996 itu, Megawati yang mendapat dukungan dari pihak-pihak yang menentang Soeharto menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru.
Hingga kemudian setelah Orde Baru runtuh, Megawati membentuk PDI Perjuangan sebagai wahana politiknya. Selama era reformasi berjalan, PDI-P tetap setia dipimpin oleh Megawati.
Baca juga: Rangkaian Peristiwa Pasca Kudatuli 27 Juli 1996...