Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lenny Hidayat, SSos, MPP
Pengamat lingkungan, sosial, dan ekonomi

Pengamat lingkungan, sosial, dan ekonomi (ESG)

Solusi untuk Polusi Udara Jakarta

Kompas.com - 01/08/2019, 18:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN ini, Jakarta kembali marak dengan berita sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia.

Aplikasi Airvisual semakin terkenal dan digunakan dalam keseharian warga Jakarta sekarang. Setiap ingin keluar dari rumah, kita sekarang harus dikhawatirkan dengan kualitas udara yang kita hirup. Sesuatu hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan 10 tahun lalu.

Tetapi, polusi udara Jakarta sekarang sudah tak terhindarkan lagi. Kita bisa lihat dari ketinggian jelajah pesawat ketika ingin mendarat, Kota Jakarta sudah ditutupi polusi yang pekat dan Monas hampir tidak kelihatan lagi.

Dengan ketakutan ini, warga Jakarta sekarang sudah familiar dengan berbagai bentuk masker dari yang jenis rumah sakit hingga ke model "Darth Vader".

Presiden Jokowi telah memberikan ide yang inovatif ke Gubernur DKI Anies Baswedan yaitu mengganti transportasi publik dengan tenaga listrik.

Ide ini juga sangat baik sekali karena secara langsung akan berkontribusi dengan pengurangan emisi tetapi memerlukan pemimpin yang tangguh guna mengubah seluruh teknologi transportasi publik.

Mari kita lihat solusi yang ditawarkan oleh Gubernur DKI Jakarta adalah menanam lidah mertua seperti Surabaya.

Pertanyaannya boleh warga DKI Jakarta melakukannya karena sangat bagus tetapi apa kebijakan dari pemerintah sendiri?

Jika memang terinspirasi dari keberhasilan Tri Rismaharini, mari kita bedah lebih dalam keberhasilannya. Risma berhasil menurunkan suhu kotanya sebesar dua derajat.

Wali Kota Surabaya itu menerapkan logika sederhana, yaitu perbanyak taman kota dan di titik banyak lalu lintas, ditanam lebih banyak pohon serta tanaman penghasil oksigen.

Jadi hal besar dimulai dari melakukan hal kecil setahap demi tahap.

Dengan cara ini, akhirnya Risma berhasil meresmikan lebih dari 400 taman kota. Cara merawatnya dengan membentuk satuan gugus tugas yang dibagi per rayon dan mengikutsertakan warga sekitar.

Modal yang dikeluarkan pemerintah Surabaya Rp 10 miliar. Harga yang sangat pantas untuk menurunkan suhu kota sebanyak 2 derajat celcius.

Untuk memberi inspirasi lebih lagi, kita ambil contoh Ethiopia yang baru saja memecahkan rekor dunia dengan menanam 350 juta pohon dalam waktu sehari.

Program Green Legacy Initiative (GLI) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed ini mengalahkan rekor India yang berhasil menanam 66 juta pohon dalam waktu 12 jam pada 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

THN Ungkap Praktik Pembatalan Hasil Pemilu Terjadi di Berbagai Negara

THN Ungkap Praktik Pembatalan Hasil Pemilu Terjadi di Berbagai Negara

Nasional
Jelaskan Kenapa Hak Angket Pemilu Belum Berjalan, Fraksi PKB Singgung soal Peran PDI-P

Jelaskan Kenapa Hak Angket Pemilu Belum Berjalan, Fraksi PKB Singgung soal Peran PDI-P

Nasional
Kubu Prabowo Anggap Permintaan Diskualifikasi Gibran Tidak Relevan

Kubu Prabowo Anggap Permintaan Diskualifikasi Gibran Tidak Relevan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Minta MK Putus Gugatan Anies-Muhaimin Cacat Formil

Kubu Prabowo-Gibran Minta MK Putus Gugatan Anies-Muhaimin Cacat Formil

Nasional
Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum yang Puja-puji Ketua KPU RI Hasyim Ay'ari

Momen Hakim MK Tegur Kuasa Hukum yang Puja-puji Ketua KPU RI Hasyim Ay'ari

Nasional
Presiden Diminta Segera Atasi Kekosongan Jabatan Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial

Presiden Diminta Segera Atasi Kekosongan Jabatan Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial

Nasional
UU DKJ Disahkan, Jakarta Tak Lagi Sandang 'DKI'

UU DKJ Disahkan, Jakarta Tak Lagi Sandang "DKI"

Nasional
Bos Freeport Ajukan Perpanjangan Relaksasi Izin Ekspor Konsentrat Tembaga hingga Desember 2024

Bos Freeport Ajukan Perpanjangan Relaksasi Izin Ekspor Konsentrat Tembaga hingga Desember 2024

Nasional
Puan Sebut Antarfraksi di DPR Sepakat Jalankan UU MD3 yang Ada Saat Ini

Puan Sebut Antarfraksi di DPR Sepakat Jalankan UU MD3 yang Ada Saat Ini

Nasional
Puan: Belum Ada Pergerakan soal Hak Angket Kecurangan Pilpres 2024 di DPR

Puan: Belum Ada Pergerakan soal Hak Angket Kecurangan Pilpres 2024 di DPR

Nasional
Beri Keterangan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Diskualifikasi dan Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis

Beri Keterangan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Diskualifikasi dan Pemilu Ulang Bisa Timbulkan Krisis

Nasional
Bantuan Sosial Jelang Pilkada 2024

Bantuan Sosial Jelang Pilkada 2024

Nasional
KPU Klaim Pelanggaran Etik Hasyim Asy'ari Tak Lebih Banyak dari Ketua KPU Periode Sebelumnya

KPU Klaim Pelanggaran Etik Hasyim Asy'ari Tak Lebih Banyak dari Ketua KPU Periode Sebelumnya

Nasional
Bos Freeport Wanti-wanti RI Bisa Rugi Rp 30 Triliun jika Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga Tak Dilanjut

Bos Freeport Wanti-wanti RI Bisa Rugi Rp 30 Triliun jika Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga Tak Dilanjut

Nasional
Sidang Sengketa Pilpres, KPU 'Angkat Tangan' soal Nepotisme Jokowi yang Diungkap Ganjar-Mahfud

Sidang Sengketa Pilpres, KPU "Angkat Tangan" soal Nepotisme Jokowi yang Diungkap Ganjar-Mahfud

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com