Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Terbaik di Dunia Pun Dinilai Sulit Dongkrak Ranking PTN Jika...

Kompas.com - 01/08/2019, 06:08 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana mendatangkan rektor asing demi meningkatkan ranking perguruan tinggi Indinesia dianggap mengada-ada.

Praktisi Pendidikan Itje Chodidjah mengatakan, tak ada korelasi langsung antara menggunakan rektor asing dan peningkatan kualitas universitas.

Sebaik apa pun rektor dari luar negeri, kata dia, jika tak diperbaiki akar masalahnya, maka akan sama saja.

"Mau rektor terbaik di dunia ini ditaruh di kampus itu, tidak akan menaikkan ranking apabila anak-anaknya memang tidak memenuhi persyaratan penilaian," ujar Itje kepada Kompas.com, Rabu (31/7/2019).

Baca juga: Soal Wacana Rektor Asing, Fahri Hamzah: Jangan Bikin Bangsa Indonesia Kecil Hati

Beda ladang, beda belalang. Kalau pun merekrut rektor dari luar negeri, kata Itje, belum tentu bisa menerapkan kisah sukses yang sama di Indonesia.

Secara kualitas maupun sistem belajar, tentu ada perbedaan antara mahasiswa di Indonesia dan luar negeri.

Itje mengibaratkan seorang petani yang sukses menggarap sawah di lahan subur.

Kemudian, petani tersebut disuruh menggarap lahan di daerah lain yang tandus dan kekurangan air. Cara mengelola lahan tersebut pasti berbeda.

"Saya melihatnya mungkin dia berpikir bahwa kalau rektornya dari negara maju akan bisa mengelola seperti yang dia kelola di negaranya. Ya, beda," kata Itje.

Apalagi, menurut Itje, akar masalah pendidikan di Indonesia yakni literasi anak-anak yang masih rendah dibandingkan di negara lain.

Dengan demikian, akan menjadi pekerjaan besar bagi rektor asing tersebut untuk mengubah "lahan tandus" itu menjadi "gembur". 

Seolah memandang sebelah mata

Alih-alih mengambil rektor dari luar, kata Itje, sebaiknya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) menjadikan akademisi unggulan di Indonesia memimpin perguruan tinggi.

Mendatangkan rektor asing, kata Itje, seolah memandang sebelah mata kualitas akademisi di Indonesia.

Padahal, masih banyak akademisi yang berwawasan luas dan keilmuan tinggi yang kualitasnya bisa bersaing dengan orang asing.

"Menurut saya ini terlalu mengada-ada. Apakah tidak bisa menyisir orang-orang kita sendiri dan kemudian diberikan kompetensi yang cukup untuk mampu mengelola universitas?" kata Itje.

Baca juga: Ingin Rekrut Rektor Asing untuk PTN, Kemenristekdikti Targetkan Ini...

Ia juga menyampaikan, butuh orang Indonesia asli yang memahami struktur pendidikan di Indonesia untuk memperbaiki pola belajar di perguruan tinggi.

Dengan demikian, universitas bisa mencetak lulusan unggul yang kelak bisa menjadi ilmuwan.

"Mungkin juga beliau perlu berwawasan lebih luas untuk melihat orang-orang yang tidak berada di sekitarnya saja. Kurang mengeksplorasi teman-teman kita di perguruan tinggi," kata Itje.

Ia mengatakan, yang membuat sebuah perguruan tinggi sukses dan punya nilai lebih adalah mampu melahirkan alumni yang berkualitas dan memiliki ilmu untuk diterapkan di dunia kerja.

Penetapan ranking juga tak sekadar rektornya yang hebat, tetapi juga dilihat apakah sarana dan prasarana penunjangnya mumpuni.

Rektor, kata Itje, bukan dinilai dengan seberapa banyak tulisan yang dihasilkan dan dimuat di jurnal.

"Kapasitas memimpin bukan karena dia banyak menulis jurnal, tetapi dia memang punya pengalaman dalam memimpin," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, guna meningkatkan ranking perguruan tinggi Indonesia masuk dalam 100 universitas terbaik dunia, Menristekdikti Mohamad Nasir berencana mengundang rektor asing memimpin Perguruan Tinggi Negeri.

Baca juga: Usulkan PTN Boleh Dipimpin Rektor Asing, Nasir Sudah Lapor Jokowi

Menristekdikti juga telah mengalokasikan anggaran gaji rektor luar negeri disediakan langsung Pemerintah dan tanpa mengurangi anggaran PTN tersebut.

Kemenristekdikti menargetkan, tahun 2020 sudah ada PTN yang dipimpin rektor terbaik luar negeri dan tahun 2024 jumlahnya akan ditingkatkan menjadi lima PTN.

"(Kita nanti tantang calon rektor luar negerinya) kamu bisa tidak tingkatkan ranking perguruan tinggi ini menjadi 200 besar dunia. Setelah itu tercapai, berikutnya 150 besar dunia. Setelah ini 100 besar dunia," ujar Menteri Nasir dikutip dari rilis resmi Kemenristekdikti (26/7/2019).

Nasir menyampaikan, rektor tersebut harus mencapai target tertentu agar peringkat universitas di Indonesia di dunia bisa naik.

"Nanti (dia harus meningkatkan) publikasinya, mendatangkan dosen asing, mendatangkan mahasiswa asing, bahkan mahasiswa Indonesia bisa kirim ke luar negeri," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com