Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Di Balik Manuver Partai Koalisi Minus PDI-P

Kompas.com - 30/07/2019, 08:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


PERTEMUAN-pertemuan politik yang terjadi selama beberapa hari pada pekan lalu sungguh menarik untuk dicermati, berlangsung intens dan menyiratkan pesan-pesan terselubung.

Pertemuan pertama yang “mengejutkan” adalah yang berlangsung di markas Partai Nasdem di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/7/2019. Empat partai koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf yang bertemu adalah Nasdem, Golkar, PKB, dan PPP.

Disebut “mengejutkan” karena pertemuan itu berlangsung tanpa kehadiran PDI-P, poros utama koalisi.

Baca juga: PDI-P Tak Ikut Pertemuan di Kantor Nasdem, Ini Penjelasan Surya Paloh

Dua hari kemudian, Rabu (24/7/2019), berlangsung pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Tak disangka, pada saat yang hampir bersamaan, lagi-lagi, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam pertemuan dengan Anies, Surya memberi pernyataan dukungan kepada Anies sebagai capres 2024.

Mesti diingat, Surya adalah inisiator pertemuan empat partai politik koalisi minus PDI-P. Anies adalah rival Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang didukung Nasdem dan PDI-P pada Pilkada 2017. Boleh dibilang, kali ini Surya bertemu dengan bekas rivalnya sendiri.

Pilkada DKI Jakarta 2017 kerap kali disebut sebagai peristiwa yang menguatkan polarisasi kelompok yang diistilahkan sebagai kelompok agama dan nasionalis oleh sebagian kalangan. Polarisasi itu terasa hingga di Pilpres 2019.

Tak dipungkiri, Partai Nasdem memainkan peran sebagai poros pertemuan-pertemuan politik itu.

Sulit untuk menafikan, ada pesan yang hendak disampaikan Partai Nasdem kepada PDI-P dan Gerindra.

Pesan Nasdem sebelum pertemuan MRT

Jauh-jauh hari, sebelum Jokowi bertemu Prabowo di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Partai Nasdem sudah mengingatkan bahwa koalisi Jokowi-Ma'ruf tak lagi memerlukan tambahan anggota partai koalisi baru. Hal ini dikuatkan pada pertemuan 4 partai politik lalu.

"Empat ketua umum itu sampai pada satu titik pandangan dan pendapat yang sama. Pertama bahwa koalisi KIK itu sudah solid, sehat, dan kuat sehingga harus dijaga dan dipertahankan. Kami tidak membicarakan sama sekali terkait isu terkini yang beredar yakni kami belum berpikir sekalipun untuk mengembangkan atau melebarkan koalisi,” kata Sekjen Partai Nasdem Johnny Gerald Plate sehari setelah pertemuan Ketua Umum dan Sekjen 4 partai politik minus PDI-P.

Masuknya Partai Gerindra memang membuat partai Koalisi Jokowi-Ma'ruf terganggu. Mereka mengorbankan banyak hal dalam Pilpres yang baru saja berlalu. Wajar, jika mereka tak ingin koalisi dimasuki oleh anggota baru.

Lantas, substansi penolakan partai koalisi atas kemungkinan masuknya Gerindra apa sih?

Pangkal soal

Ada sejumlah dugaan yang berkembang. Sumber dari program AIMAN yang tayang pada Senin (29/7/2019) pukul 20.00 di KompasTV menyebutkan, ada sejumlah hal yang menjadi pangkal soalnya.

Pertama, soal kursi Kabinet khususnya Jaksa Agung yang hendak dipertahankan Partai Nasdem.

Kedua, soal kursi ketua MPR. Partai koalisi minus PDI-P tidak ingin kursi pimpinan jatuh ke tangan Gerindra.

Ketiga, kemungkinan berkurangnya jatah menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf ke depan jika anggota baru masuk.

Saat saya mengonfirmasi soal ini kepada politisi ke empat parpol, semuanya menolak membenarkan.

Sekjen Partai Nasdem Johnny Gerald Plate menjawab dalam bahasa politik.

"Partai Nasdem sejak awal bergabung bersama Koalisi Jokowi, memberikan kewenangan kepada Presiden tanpa syarat!"

Seorang sumber di Partai Nasdem mengatakan pada saya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sebenarnya diminta untuk menjadi pendamping Jokowi sebagai cawapres pada Pemilu 2014. Tawaran itu disampaikan saat Jokowi baru diusung dua partai yaitu PDI-P dan Nasdem.

Namun Partai Nasdem justru menyorongkan kursi kekuasaan itu kepada Jusuf Kalla, yang bukan kader partai.

Setali tiga tuang. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pun menjawab “santun”.

"Tak ada kata harus. Bagi Golkar semua diserahkan kepada Pak Jokowi untuk menentukan kursi-kursi pemerintahannya," kata Airlangga kepada saya dalam acara Sapa Indonesia Malam, KompasTV, Selasa, 2 pekan lalu.

Politik atas dan bawah

Dalam politik selalu ada istilah panggung depan alias sesuatu yang tampak di permukaan. Biasanya, panggung depan dimainkan dalam pernyataan-pernyataan yang disampaikan melalui media.

Ada pula panggung belakang alias bawah tanah yang tak tampak di permukaan.

Para pemain di panggung belakang biasanya tidak ingin namanya disebut atau identitasnya diketahui publik. Kami, di dunia jurnalistik, menyebut mereka sebagai sumber.

Tapi satu yang pasti, peristiwa dan waktu dalam konteks politik tak akan pernah bisa dipisahkan. Dari sanalah maksud dan tujuan bisa diterjemahkan dan sulit untuk dinafikan.

Pernyataan Harold Laswell pada tahun 1936, “Politics is who gets what, when, how”, selalu akan relevan untuk membantu menjawab semua fenomena ini.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com