Pada awal berdirinya PAN di NTB, Evi menjabat sebagai wakil bendahara umum. Ia juga sempat menjabat sebagai petinggi di bidang perwakilan perempuan.
Dari PAN, Evi berpaling ke Partai Hanura. Lagi-lagi, saat itu kakaknya ditugasi oleh Wiranto untuk membangun Hanura di NTB.
Evi pun masuk sebagai Tim 9, pendiri Hanura di NTB. Ia juga menjabat sebagai bendahara umum selama tiga periode.
Baca juga: MK Lanjutkan Gugatan Foto Terlalu Cantik, Evi Apita Maya Pasrah
Tak hanya itu, Evi menjadi koordinator wilayah Hanura untuk Kabupaten Bima dan Dompu. Terakhir, ia menjabat di bidang organisasi, keanggotaan, dan kaderisasi.
"Bukan pertama kali saya terjun di politik, sudah lama. Ini menjadi modal," ujar Evi.
Pada 2009 dan 2014, Evi sempat maju sebagai calon anggota legislatif DPRD Provinsi NTB dari Partai Hanura. Namun, ia gagal menjadi anggota Dewan.
Tidak menyerah, ia kembali lagi ikut berkompetisi melalui jalur DPD.
Baca juga: Evi Apita: Kalau Farouk Sudah Bertemu Saya, Tak Mungkin Dia Menggugat
"Saya mencoba untuk dengan modal keyakinan bahwa saya harus ikut dalam decision maker, saya harus masuk sebagai penentu kebijakan itu dengan cita-cita murni bahwa saya ingin terutama memajukan NTB dengan kemampuan, dengan tekad saya," kata dia.
3. Gandeng tim milenial saat kampanye
Pada Pemilu 2019, Evi terjun ke masyarakat selama kurang lebih satu tahun untuk berkampanye.
Ia menggandeng kalangan milenial untuk mengenalkan dirinya ke masyarakat. Anak muda yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), HMI, hingga Karang Taruna, ia ajak untuk bekerja bersama.
Baca juga: KPU Tolak Dalil Caleg yang Gugat Evi Apita Maya karena Foto Editan
Semua aspek ia perhitungkan, termasuk strategi pesaingnya.
"Saya juga melirik dari kontestan lain, (mereka) tidak pernah melirik teman-teman yang minoritas, Hindu, Buddha, itu semua mereka pro ke saya, mendukung saya penuh. Itu juga sebagai kunci saya meraih kemenangan," kata Evi.
Evi membantah selama kampanye sekadar mengandalkan foto pencalonan dirinya.
"Ya itu salah besar," ujarnya.