Tahun 1999 bisa kurang sakit hati karena kemudian mendapat kursi wakil presiden dan selanjutnya kursi presiden.
Tahun 2014, oleh Bambang Soesatyo yang kini menjadi ketua DPR, tahun 2014 itu disebut sebagai tahun salam gigit jari dan ini adalah kelanjutan dari salam dua jari.
Setelah Partai Golkar masuk dalam koalisi pemerintah, pada tahun 2018 lalu, dihasilkan UUD MD3 yang menetapkan pemenang Pemilu 2019 otomatis ketua DPR.
Dalam Undang-undng nomor 2 Tahun 2018 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 17 Tahun 2014, tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3), pemenang pemilu berhak atas kursi ketua DPR.
“Saat ini hak PDI Perjuangan, “ kata Ketua DPR Bambang Soesatyo beberapa waktu lalu.
Hari Jumat, 26 Juli 2019, saya tanya kepada Bambang Soesatyo (Bamsoet) hanya memberi teks pidatonya, bagaimana kalau Puan jadi ketua DPR.
Bamsoet tidak menjawab dan sebagai gantinya hanya memberi saya teks pidatonya untuk rapat paripuna DPR penutupan masa sidang ke- V tahun sidang 2018- 2019 di kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (25/7/2019) yang berjudul “Menanti Kabinet Baru”.
Saya tanya lagi bila Puan jadi ketua DPR, Bamsoet mengatakan akan menjawab ini dengan pantun. Tapi pantun itu tidak kunjung dibuat dan datang pada saya.
Beberapa hari lalu Wakil Ketua DPR Utut Adianto yang juga sebagai wakil Sekjen PDI Perjuangan mengatakan akan mengusulkan Puan jadi ketua DPR.
Dalam pembicaraan santai dengannya di kantor PDI Perjuangan Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, hari Rabu (24/7/2019), Utut saya tanya tentang hal ini.
“Saya secara pribadi ingin Mbak Puan dalam percaturan dunia politik lebih masuk ke kawah candradimuka, yaitu di kursi kedua DPR,” ujar grandmaster catur Indonesia itu dengan gaya jenaka.
Saya tanya saya lagi bagaimana reaksi Puan setelah pernyataannya itu, Utut dengan ringan dan santai mengatakan, ”Saya tidak tahu.”
Tapi, katanya lagi, ia ingin Puan semakin berkiprah secara signifikan dalam dunia politik di Indonesia .”Ini kan perlu kawah candradimuka,” ujarnya.
Tapi, tokoh PDI Perjuangan lainnya yang tidak enak untuk disebut namanya mengatakan, ada keengganan di kalangan partai besar ini, karena setelah Pemilu ini diduga serangan pers terhadap DPR akan keras.
Pers, kata fungsionaris itu, melihat banyak anggota DPR saat ini yang terpilih berkat politik uang.
Mereka, katanya, akan mudah terperosok dalam usaha mencari kembali uang yang “dibayarkan” untuk terpilihnya mereka jadi anggota DPR.
Tapi, keadaan itu seperti yang dikatakan oleh Utut adalah kawah candradimuka.
Bisa membuat yang duduk di kawah itu bisa kuat sekali atau jatuh.
Tapi melewati kawah itu dengan selamat akan menjadi tokoh yang bisa terbang melayang seperti Gatotkaca, tokoh perwayangan Jawa.
Pendiiri lembaga Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang dalam diskusi mengatakan, sebaiknya Puan menjadi ketua DPR, karena selain suara pemilihnya terbanyak, dia bisa menjadi jembatan yang baik antara kaum melenial dan tokoh-tokoh tua di DPR.
“Soal serangan pers kepada DPR sebagai lembaga korup kan bisa diatasi dengan toknologi yang membuat kerja DPR dan para ketuanya lebih mudah dilihat masyarakat atau transparan,” kata pengritik keras DPR yang pernah jadi ketua Parlemen Watch yang dia dirikan itu.
Di dalam PDI Perjuangan tidak seperti di dalam Partai Golkar.
Seperti yang sering dikatakan Puan sendiri bila bicara soal kesempatan jadi Ketua DPR ini, “Semua tergantung pada Ibu Ketua Umum”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.