Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Arif Nurdiansah
Peneliti tata kelola pemerintahan

Peneliti tata kelola pemerintahan pada lembaga Kemitraan/Partnership (www.kemitraan.or.id).

Lika-liku Indonesia Menuju Negara Layak Anak

Kompas.com - 25/07/2019, 15:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Adapun sisanya, selain terbatasnya jumlah sekolah luar biasa (SLB) yang ada, para penyandang disabilitas juga tidak dapat mengakses karena faktor minimnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umum, meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program sekolah inklusif.

Terbatasnya akses pendidikan juga dialami oleh anak masyarakat adat. Lembaga Kemitraan menemukan anak-anak di komunitas masyarakat adat dan komunitas terpencil kerap kesulitan mengakses pendidikan karena faktor lokasi tempat tinggal dan penerimaan masyarakat adat terhadap institusi pendidikan.

Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi, yang hidup di kawasan hutan lindung dan berpindah-pindah menyebabkan kesulitan secara administrasi ketika mereka bersekolah, ditambah sistem pernikahan mereka yang dilakukan secara adat, cenderung mempersulit anak-anak mendapatkan akta kelahiran.

Sementara di masyarakat adat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, dan Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) lebih kepada penerimaan sistem pendidikan.

Masyarakat adat Baduy hingga kini masih melarang anak-anak untuk bersekolah, mereka khawatir sekolah akan mengubah cara pandang anak dan berpengaruh pada tradisi dan budaya setempat.

Penolakan pendidikan di masyarakat adat Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, lebih disebabkan oleh pengalaman traumatik.

Anak-anak masyarakat adat di sana dipaksa untuk berpindah agama ketika bersekolah pada pendidikan menengah dan atas.

Melalui Program Peduli, Kemitraan bersama mitra CSO lokal mendorong advokasi penyediaan akses terhadap pendidikan.

Ini dilakukan dengan mendorong pemerintah melakukan model dan pendekatan pendidikan dengan mensinergikan filosofi dan praktik sesuai dengan nilai dan budaya yang hidup di masyarakat adat, terutama perlindungan terhadap hak-hak anak pada masyarakat adat.

Berdasarkan catatan Kemitraan dan lembaga lain yang tergabung dalam Program Peduli, selain anak dengan disabilitas, anak masyarakat adat dan terpencil, terdapat persoalan yang juga dialami oleh anak Indonesia.

Persoalan itu antara lain adanya anak pekerja migran, anak yang dilacurkan, anak yang menjalani pidana penjara, anak yang menjadi korban bencana konflik sosial, serta anak yang menjadi korban diskriminasi berdasarkan identitas, politik, dan agama/kepercayaan.

Mereka tidak jarang mengalami eksklusi sosial yang berujung pada pengabaian negara untuk memenuhi hak-haknya yang sebenarnya dijamin dan dilindungi oleh konstitusi maupun undang-undang.

Tantangan Indonesia menjadi negara layak anak cukup kompleks, namun itu wajib dipenuhi karena Konsensus Hak Anak (KHA) menyebut anak memiliki lima hak, yaitu (1) non diskriminasi, (2) kepentingan terbaik bagi anak, (3) hak hidup, (4) kelangsungan hidup dan perkembangan, serta (5) menghargai pandangan anak.

Pembangunan sumber daya manusia, yang merupakan salah satu fokus pembangunan pada presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin lima tahun mendatang harus menjadi momentum negara untuk memberikan pemenuhan terhadap hak-hak anak.

Karena, masa depan negara ada di tangan anak-anak Indonesia, baik mereka yang kekurangan gizi, berkebutuhan khusus, masyarakat adat dan terpencil.

Dengan meratifikasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Presiden Jokowi telah berkomitmen membangun negara Indonesia tanpa meninggalkan, termasuk anak, karena prinsip SDGs adalah no one left behind.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com