Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Masuk Akal Jika Ada Anggota Koalisi Jokowi yang Marah...

Kompas.com - 25/07/2019, 12:15 WIB
Christoforus Ristianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari CSIS Arya Fernandes berpendapat, presiden terpilih Joko Widodo harus memperhatikan kondisi psikologis seluruh partai politik anggota Koalisi Indonesia Kerja (KIK) apabila ingin menambah anggota koalisi.

Sebab, Arya melihat empat parpol anggota KIK, yakni Golkar, PKB, PPP dan Nasdem sudah cukup terusik dengan wacana bergabungnya Partai Gerindra, PAN dan Demokrat ke dalam KIK.

Apalagi setelah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7/2019), bertemu dengan Ketua Umum Parati Gerindra Prabowo Subianto.

"Jokowi perlu memperhatikan psikoligis politik partai yang ada dalam koalisinya saat ini jika ingin menambah anggota partai di koalisinya. Pertemuan antara Megawati dan Prabowo itu memberikan efek ke empat ketum parpol yang sudah bertemu sebelumnya yang juga dilaksanakan tanpa kehadiran PDI-P," ujar Arya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/7/2019).

"Kalau Jokowi main mata dengan yang ada di luar koalisi, ya masuk akal jika parpol anggota koalisinya akan marah," lanjut dia.

Baca juga: Pertemuan Ketum Nasdem, PPP, PKB, dan Golkar, Sinyal Kekecewaan Koalisi?

Arya yakin, empat ketua umum parpol itu tidak main-main dengan pernyataan kompak mereka bahwa jangan ada lagi tambahan parpol anggota KIK.

Ketidakhadiran perwakilan PDI Perjuangan di dalam pertemuan tersebut juga semakin meneguhkan bahwa partai berlambang banteng hitam moncong putih itu membuka gerbang masuknya parpol lain ke dalam KIK.

Ini sekaligus menegaskan empat parpol itu ingin arah koalisi jangan hanya ditentukan oleh satu parpol saja, sekalipun ia partai pemenang Pemilu 2019.

"Sinyal dengan tidak melibatkannya PDI-P adalah memberi pesan, tidak semua pilihan-pilihan politik dari Ibu Megawati disukai," lanjut dia.

Baca juga: Ini yang Disepakati Pimpinan 4 Partai KIK Terkait Kursi Ketua MPR di Kantor Nasdem

Selain memperhatikan kondisi psikologis anggota KIK, Arya mengatakan, Jokowi juga harus memberikan penghargaan yang sama bagi seluruh parpol pengusungnya setelah Pemilu 2019 berakhir.

Arya menjelaskan, tidak mudah bagi beberapa parpol di KIK ketika mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Beberapa di antara parpol itu ada yang terpaksa menempuh badai resistensi di akar rumputnya lantaran arah dukungannya tidak sesuai dengan aspirasi mereka.

"Ketika mereka memutuskan mengusung Jokowi, ya ada risiko politiknya. Bisa saja Nasdem, Golkar, PKB, dan PPP kehilangan kursi di sejumlah dapil karena mendukung Jokowi. Sedangkan masyarakat di dapil itu tidak suka dengan Jokowi. Maka itu, Jokowi perlu mempertimbangkan psikologi partai," ujar Arya.

 

Kompas TV Benarkah Gerindra semakin merapat dan apakah koalisi internal Jokowi malah menunjukan perlawanan? Karena disaat yang sama, Partai Nasdem melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di mana salah satu poinnya berbicara peluang 2024. Apakah pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto telah mengusik koalisi parpol pendukung Joko Widodo?<br /> <br /> Apakah pertemuan Nasdem dan Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung hampir bersamaan dengan pertemuan Mega-Prabowo sebagai langkah politik untuk menjaga posisi tawar Nasdem di dalam koalisi?<br /> <br /> Kita bahas bersama Ketua DPP PDI Perjuangan Sukur Nababan, kemudian ada politisi Partai Gerindra Miftah Nur Sabri, lalu Ketua DPP PKB Lukman Edy dan Politisi Partai Nasdem/ Zulfan Lindan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com