Menlu menyebut, saat berbincang di beranda, disuguhkan buah-buahan khas Indonesia. Salah satunya adalah durian.
"Oh iya makan durian, suguhan di veranda talk," kata Menlu.
Baca juga: Jokowi Suguhkan Durian untuk Pangeran Abu Dhabi, Bagaimana Reaksinya?
Selain durian, ada juga buah-buahan khas Indonesia lain yang disuguhkan seperti salak dan manggis.
"Seperti salak kan jarang mereka lihat. Jadi tadi (Sheikh Mohamed) tanya ini apaan? Oh ini namanya salak, terus ada manggis, kemudian durian," kata Retno.
Lalu, bagaimana reaksi Syekh Mohamed saat mencicipi durian?
"Kebetulan durian tadi enggak begitu bau ya, enggak begitu menyengat gitu. Jadi, oke sih kayaknya," kata Retno.
Setelah berbincang di beranda Istana, Jokowi dan Mohamed menuju halaman istana Bogor untuk melakukan penanaman pohon. Pohon yang ditanam adalah pohon damar, sejenis pohon anggota tumbuhan runjung yang merupakan tumbuhan asli Indonesia.
Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina. Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah untuk industri. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal (olahan getah).
Terlihat Mohamed yang lebih dahulu menaruh tanah ke pohon tersebut, disusul kemudian Jokowi. Setelah itu Jokowi dan Mohamed mengguyur air ke Pohon Damar yang ditanam bersama itu.
Selepas menanam pohon, Jokowi kembali mengajak Mohamed ke beranda belakang Istana Bogor. Setelah penanaman pohon, Jokowi dan Mohamed menggelar pertemuan bilateral bersama para menteri.
Dari Indonesia, turut hadir Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Pertemuan Presiden dan Mohamed menghasilkan tiga memorandum of understanding (MoU) bisnis bernilai besar.
"Dari 3 MoU tadi yang business to business itu, nilai totalnya sekitar Rp 136 triliun. Atau 9,7 milyar USD," kata Menlu Retno usai pertemuan.
Menlu menjelaskan, kesepakatan business to business dilakukan oleh tiga perusahaan. Pertama, PT Pertamina (Persero) dengan ADNOC untuk pengembangan RDMP Balikpapan.
Kedua, PT Chandra Asri Petrochemicals dan Mubadala untuk proyek Naphta Cracker dan Petrochemical Complex.