Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2019, 19:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberikan catatan atas persoalan seputar anak pada peringatan Hari Anak Nasional 2019.

Ketua KPAI Susanto menyebutkan, ada 4 masalah anak yang perlu mendapatkan perhatian.

Permasalahan itu terkait kejahatan seksual terhadap anak, kejahatan berbasis siber, pengabaian pemenuhan hak dasar anak akibat perceraian dan konflik orangtua, dan radikalisme.

Hal itu disampaikan Susanto melalui pesan WhatsApp pada Selasa (23/7/2019) sore.

1. Kejahatan seksual

Masalah pertama, besarnya angka kejahatan seksual yang menimpa anak-anak.

“Pintu masuk kasus-kasus kekerasan seksual polanya bergeser dari pola lama ke pola baru sebagai dampak dinamisme era digital,” kata Susanto.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Asah Otak si Kecil dengan Main di Luar Ruangan Setiap Hari

Orangtua harus memberikan pengawasan yang lebih ketat kepada anak-anaknya yang sudah berinteraksi dengan internet dan media komunikasi digital lainnya.

Fungsi proteksi dari orangtua dan pemahaman akan pola pergaulan di dunia digital juga sangat dibutuhkan para orangtua.

“Berawal kenal melalui media sosial, kemudian bertemu, dan dalam sejumlah kasus ia rentan jadi korban, baik seksual, trafficking, maupun kasus penipuan,” ujar Susanto.

2. Anak korban perceraian

Masalah kedua, anak yang menjadi korban perceraian atau konflik orangtua yang mengakibatkan hak anak terabaikan.

“Kelangsungan pendidikan, pemenuhan kesehatan, hak bermain anak serta pengembangan bakat terkadang juga terhambat,” jelas dia.

Baca juga: Hari Anak Nasional, KPAI Ingatkan Masyarakat Jangan Anggap Remeh Kasus Bullying

Hal ini menjadi perhatian orangtua agar dapat menjaga dan mengokohkan hubungan satu sama lain agar anak tidak menjadi korban atas masalah rumah tangga antara ayah dan ibunya.

3. Kejahatan berbasis siber

Masalah ketiga, pelibatan mereka dalam kejahatan-kejahatan berbasis siber yang tidak hanya merugikan saat ini, tetapi juga di masa yang akan datang.

“Anak dalam sejumlah kasus dilibatkan sebagai pelaku, padahal  seharusnya mereka dilindungi. Kasus penipuan, jual beli barang terlarang, prostitusi online, tak jarang anak menjadi sasaran pelibatan,” ujar Susanto.

Baca juga: Jadikan Membaca Buku sebagai Hadiah Hari Anak Nasional

Dampak dari pelibatan anak di kejahatan siber ini, menurut Susanto, akan sangat kompleks di masa yang akan datang.

Si anak bisa saja terganggu secara psikologis dan mental atas pengalaman masa kecilnya.

4.Radikalisme

Terakhir, paparan radikalisme yang bisa datang dari mana saja dan memengaruhi pola pikir anak.

Apalagi, dengan interaksi yang dilakukan anak di dunia digital yang dipenuhi dengan berbagai doktrinasi dan paham yang sangat beragam.

“Karena anak tanpa sepengahuan orang terdekat rentan terpapar ideologi dan narasi radikalisme akibat intensitasnya dengan dunia digital,” ujar dia.

Hal ini membuat orangtua atau orang dewasa yang ada di sekitar anak harus benar-benar hadir dan menunjukkan keberadaannya sebagai sosok yang dapat melindungi cara pikir sang anak dari ajaran radikalisme dan sebagainya.
 

Ketua KPAI Susanto di kantor KPAI, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2019).Kompas.com/Fitria Chusna Farisa Ketua KPAI Susanto di kantor KPAI, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2019).

Selain empat masalah di atas, Susanto mengingatkan, ada satu hak anak yang patut difasilitasi dan dipenuhi, yakni hak bermain.

Ia mengingatkan para orangtua untuk lebih selektif memberikan media bermain bagi anak.

“Game sadisme, kekerasan, bermuatan judi, pornografi, bermuatan sara bahkan kebencian tak boleh hadir di ruang bermain anak,” ujar dia.

Susanto juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap perkembangan anak-anak di sekitarnya dengan memberikan media permainan yang aman dan sesuai dengan kebutuhannya.

“Ayo pastikan anak-anak Indonesia bermain dengan media yang aman, konten berkarakter,  dan relevan dengan fase perkembangannya,” kata Susanto. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Geopolitik Indonesia, ASEAN Damai, dan Membangun Dunia

Geopolitik Indonesia, ASEAN Damai, dan Membangun Dunia

Nasional
Demokrat Desak Anies soal Cawapres, Nasdem: Terus Terang Saja kalau Bukan AHY Jadi Wakil Mau Mundur

Demokrat Desak Anies soal Cawapres, Nasdem: Terus Terang Saja kalau Bukan AHY Jadi Wakil Mau Mundur

Nasional
Mantan Pimpinan KPK Datangi DPR, Minta Kasus Korupsi BTS 4G Kominfo Diusut Tuntas

Mantan Pimpinan KPK Datangi DPR, Minta Kasus Korupsi BTS 4G Kominfo Diusut Tuntas

Nasional
KPK Duga Eks Komisaris PT Wika Beton Lobi Hakim Agung Lewat Sekretaris MA

KPK Duga Eks Komisaris PT Wika Beton Lobi Hakim Agung Lewat Sekretaris MA

Nasional
Kaji Revisi UU TNI, Lemhannas Fokus pada Perubahan Ancaman dan Hubungan Sipil-Militer

Kaji Revisi UU TNI, Lemhannas Fokus pada Perubahan Ancaman dan Hubungan Sipil-Militer

Nasional
Kemenag Minta Maskapai Saudia Diperiksa karena Kerap Ubah Kursi Pesawat Haji

Kemenag Minta Maskapai Saudia Diperiksa karena Kerap Ubah Kursi Pesawat Haji

Nasional
Kemenag Kecewa Maskapai Saudia Ubah Jadwal Terbang dan Jumlah Kursi Pesawat Jemaah Haji

Kemenag Kecewa Maskapai Saudia Ubah Jadwal Terbang dan Jumlah Kursi Pesawat Jemaah Haji

Nasional
Ketika PDI-P Kini Buka Peluang Dialog dengan Demokrat...

Ketika PDI-P Kini Buka Peluang Dialog dengan Demokrat...

Nasional
Eks Jaksa KPK Dody Silalahi Diperiksa Penyidik KPK Soal Dugaan Suap di MA

Eks Jaksa KPK Dody Silalahi Diperiksa Penyidik KPK Soal Dugaan Suap di MA

Nasional
AHY Masuk Radar Cawapres Ganjar, PDI-P: Politik Harus Buka Ruang Dialog

AHY Masuk Radar Cawapres Ganjar, PDI-P: Politik Harus Buka Ruang Dialog

Nasional
Bripka Andry Ajukan Perlindungan, LPSK: Syarat Materiil Belum Lengkap

Bripka Andry Ajukan Perlindungan, LPSK: Syarat Materiil Belum Lengkap

Nasional
Hari Ke-17, Sebanyak 26 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Arab Saudi

Hari Ke-17, Sebanyak 26 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Arab Saudi

Nasional
Jokowi Teken Perpres 31/2023, Pembangunan Bandara VVIP di IKN Dibiayai APBN

Jokowi Teken Perpres 31/2023, Pembangunan Bandara VVIP di IKN Dibiayai APBN

Nasional
Hary Tanoe Pimpin Langsung Kerja Sama Politik Perindo-PDI-P

Hary Tanoe Pimpin Langsung Kerja Sama Politik Perindo-PDI-P

Nasional
Demokrat Desak Anies Umumkan Bacawapres, Nasdem: Ini Bukan Cari Wakil Kades

Demokrat Desak Anies Umumkan Bacawapres, Nasdem: Ini Bukan Cari Wakil Kades

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com