ADA tiga hal menarik yang terjadi sepekan terakhir ini terkait pemilihan menteri kabinet jilid kedua. Pertama, soal tarik-menarik menteri muda.
Kedua, terkait ramai- ramai parpol pendukung Presiden Terpilih Joko Widodo memajukan agenda gelaran musyawarah nasional mereka.
Ketiga soal, ujian calon menteri yang disebut Jokowi.
Seusai sidang sengketa hasil pemilu diputus Mahkamah Konstitusi, geliat politik tanah air diwarnai isu seputar kabinet baru bentukan Jokowi. Lobi-lobi politik dipertontonkan secara lugas oleh para elite.
Selain kursi parlemen, yang juga menarik untuk dibahas adalah soal kursi menteri. Yang terbaru adalah soal pernyataan Jokowi mengenai kemungkinan adanya menteri muda yang bakal mengisi kabinet.
Jokowi bahkan menyebut, usia menteri muda yang diincarnya adalah di rentang 20-30 tahun.
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri ikut nimbrung memberikan pernyataan soal menteri muda di sela-sela kegiatannya menjadi pembicara kunci pada Forum Perdamaian Dunia ke-8 di Beijing, China, Rabu (10/7/2019). Pernyataan Mega berikut ini saya kutip dari harian Kompas, Kamis (11/7/2019).
"Saya pikir bisa-bisa saja anak muda, tetapi kalau umpamanya muda, tapi tidak bisa apa-apa, mau bagaimana? Lalu, kalau usianya tua, kenapa tidak boleh? Yang penting itu punya pengalaman, orang-orang yang mumpuni di bidangnya masing-masing," kata Megawati.
Saat ditanya kembali oleh wartawan yang salah satunya adalah wartawan harian Kompas, Agnes Theodora, soal karakter apa yang dibutuhkan dari seorang menteri berusia muda, Mega menjawab,
"Saya kira secara natural dan obyektif harus dilihat keperluannya seperti apa. Zaman Bung Karno memerintah dulu, ada loh menteri yang muda, tetapi memang pintar dan bisa menguasai isu. Menurut saya, ini kelemahan kita dewasa ini. Banyak orang yang disodorkan, tetapi tidak mengerti secara praktis tata pemerintahan. Saya berpikir, jangan-jangan kemungkinan (jadi menteri) hanya untuk mejeng saja."
"Ini hanya pikiran saya sebagai ketua umum partai. Ketum partai lain kalau ditanya, jawabannya sama. Tetapi, kalau menurut saya, kalau anak muda mau jadi menteri, maka siapkan diri dulu," tambah Mega.
Pandangan ketua umum partai politik pengusung maupun pendukung Jokowi menjadi penting untuk didengar suaranya.
Peneliti Politik Senior yang juga Direktur Eksekutif Potracking Indonesia Hanta Yudha mengungkapkan, mau tidak mau, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan kabinet dalam sistem negara demokratis.
Pertama, teknokratik alias kemampuan sang calon menteri yang akan dinilai oleh presiden.
Kedua, meski pilihan calon menteri merupakan hak prerogatif presiden, namun usulan nama yang diajukan pimpinan partai politik tetap perlu didengar.