Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, memastikan komitmen Muhammadiyah kepada Pancasila tidak perlu diragukan lagi.
Mu'ti juga membeberkan peran Muhammadiyah dalam melahirkan Indonesia.
"Kalau bicara TNI ada Jenderal Soedirman. Siapa Soedirman, itu kan kader Muhammadiyah. Kalau bicara PNI ada Soekarno. Siapa Soekarno? Kader Muhammadiyah. Muhammadiyah pada 2015 dalam muktamar di Makassar juga menegaskan kembali komitmen terhadap Pancasila. Muhammadiyah menyebut Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah," ujar dia.
Kontribusi NU
Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini, juga memaparkan sejarah dan kontribusi Nahdlatul Ulama (NU) untuk Indonesia.
Sebagai contoh, resolusi jihad Fii Sabilillah menghadapi agresi militer Belanda pada 1945.
Ada pula pemberian gelar kepada Bung Karno Waliyul Amri Bi Dharuri As-syaukah, diambil dari Kitab Ahkam As-Sultoniyyah karangan Imam Mawardi untuk menghadapi gejolak DI/TII pimpinan Kartosoewirjo.
"Penting dicatat juga. Pada Muktamar Banjarmasin 1936. NU menawarkan konsep Darus Salam, artinya negeri keselamatan, negeri kedamaian. Konsep inilah yang disebut sekarang dengan sebutan nation state," jelas Hilmy.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, juga menegaskan persatuan ketiga komponen utama penopang bangsa Indonesia merupakan sebuah keharusan.
Selain itu, Hasto menjelaskan desain koalisi ke depan.
Pertama, penataan sistem presidensial. Kedua, konsolidasi ideologi. Ketiga, berpijak pada sejarah dan keempat sepakat pada agenda strategis bangsa ke depan.
“Inilah yang akan kami tata. Inilah yang akan kami kawal. Seluruh elemen penopang bangsa harus bersatu-padu, saling menopang, dan bergotong royong," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.