KOMPASIANA - Tiba-tiba saja pesan berantai, baik itu lewat WhatsApp atau media sosial lainnya, tentang susunan kabinet Jokowi-Ma'ruf tersebar.
Pesan tersebut hoaks, tentu saja, tapi karena berbentuk surat yag lengkap dengan kop burung garuda pada akhirnya banyak yang memercayai.
Hoaks tersebut berisikan rapat Jokowi-Ma'ruf bersama elite partai koalisi berhias susunan Kabinet Kerja II. Susunannya lengkap dan tampak seolah-olah benar adanya.
Nama tokoh politik dan profesional yang secara terang benderang ataupun samar-samar mendukung Pak Jokowi tertera di dalam risalah tersebut.
Ada dua alasan mengapa risalah tersebut, tulis Kompasianer Khrisna Pabichara, amat kentara hoaks.
"Pertama, rasa-rasanya muskil Pak Jokowi menyusun kabinet sebelum beliau dilantik. Kedua, rasa-rasanya mustahil Pak Jokowi mengumbar hak prerogatifnya dalam memilih pembantu lewat rapat secara sedemikian terbuka," lanjutnya.
Selain adanya hoaks risalah kabinet baru Jokowi-Ma'ruf, pada minggu ini Kompasiana juga diramaikan tentang topik polemik "Menu Card" yang ditulis tangan oleh Garuda Indonesia hingga kabar mengenai seorang istri yang membacok suaminya karena diminta berhubungan badan.
Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Hoaks Risalah Kabinet Baru Jokowi dan Keindonesiaan Kita
Gelombang pilpres sudah surut, tetapi badai hoaks belum juga reda. Perancang hoaks, tulis Kompasianer Khrisna Pabichara, seolah-olah tidak ada matinya.
Hoaks terbaru pasca-pilpres 2019 yakni beredarnya risalah susunan Kabinet Kerja II. Sepintas tampak sangat meyakinkan karena risalah itu dibumbui Garuda Pancasila sebagai kop.
Sebab, memahami kabar burung dengan wajah dan karakternya yang khas tentu saja perlu dilakukan secara mendalam. Karena kebenaran subjektif itu acapkali dikumandangkan atas nama keyakinan
"Kebenaran subjektif yang dibangun di atas fondasi prasangka akhirnya dipercayai secara mutlak. Jadilah taklid buta," tulis Kompasianer Khrisna Pabichara. (Baca selengkapnya)
2. Di Saat Banyak yang Menghujat Garuda Indonesia, Para "Reviewer" Juga Harus Becermin
Awalnya seorang Youtuber menggunggah 'menu card' yang ia dapatkan ketika melakukan penerbangan menggunakan pesawat Garuda Indonesia.
Unggahan 'menu card' yang ditulis tangan tersebut merupakan capture apa adanya tanpa ada narasi menjelekkan, menghujat ataupun memaki-maki karena kecewa.
Namun, bagi Kompasianer Agung Webe, hal-hal yang bukan layanan regular tidak dapat dijadikan bahan review.
Apalagi, lanjutnya, kalau dibandingkan dengan maskapai lain yang saat dilakukan review menu cetaknya ada.
Tetapi, mengapa Rius di polisikan dengan tuduhan pencemaran nama baik? (Baca selengkapnya)
3. Suami Minta Berhubungan Seks Pascalahir Anak Ketiga, Istri Alami Tekanan Mental
Dikabarkan seorang istri telah melakukan tindak kriminal lantaran karena meganiaya suaminya.
Setelah dimintai keterangan oleh pihak berwajib, barulah diketahui motif peristiwa tersebut, yaitu sang istri baru dua bulan melahirkan anak ketiga tetapi kerap diminta berhubungan badan oleh suaminya.
Atas kejadian tersebut, Kompasianer OtnasusidE berusaha menganalisis bagaimana relasi lelaki dan perempuan berdasar ego masing-masing.
Di satu sisi memang kebutuhan naluriah lelaki dan perempuan tetapi di sisi yang lain ada relasi yang harus diperhatikan dalam urusan berhubungan seks," tulis Kompasianer OtnasusidE. (Baca selengkapnya)
4. Benci adalah Hak, tapi Jangan Ajak-ajak!
Pada dasarnya, kita tidak bisa membuat semua orang senang kepada kita. Berada pada lingkungan manapun kita berada, pasti ada minimal satu orang yang akan menjadi pembenci kita.
Seorang yang membenci diri kita, tulis Kompasianer Gatot Tri, tidak selalu identik dengan wajah seram dengan kata-kata penuh kebencian.
"Sering ia muncul bak seorang malaikat, baik hati, penyayang, suka menolong dan bertutur kata baik," tulisnya.
Tetapi pada suatu hari, Kompasianer Gatot Tri mengingatkan, ia bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi peneror hati kita, bahkan peneror kehidupan kita. (Baca selengkapnya)
5. 6 Alasan Kenapa Kamu Harus Berhenti Bersikap Nyinyir terhadap Drama Korea
Sepopuler apapun drama Korea di Indonesia, sampai hari ini masih saja ada yang bersikap nyinyir. Bahkan bukan pada tayangan drama tersebut, melainkan orang-orang yang menikmatinya.
Kompasianer Faatihah Abwabarrizqi mengalami betul perasaan itu. Sebab, ada yang menikmati drama Korea dan ada saja yang skeptis terhadap drama korea.
"Penikmat drakor kerap menjadi korban underestimated sebagai bagian dari kaum yang tersesat karena menjadi bagian dari pecinta 'kaum plastik' ini," tulis Kompasianer Faatihah Abwabarrizqi.
Setidaknya ada 6 alasan mengapa penikmat drama Korea yang membentuk itu tidak lagi sekadar hiburan semata bagi penikmatnya. (Baca selengkapnya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.