Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eko Sulistyo
Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden

Aktivis mahasiswa 80/90-an. Saat ini Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden

Muhammad Yamin, Jokowi, dan Taufiq Kiemas

Kompas.com - 17/07/2019, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kepergiaanya yang mendadak, membuat tidak hanya saya, tapi juga teman-temannya yang selama ini mengenal sosoknya yang murah senyum dan suka bercanda, terutama para aktivis '80/90an, politisi, dan relawan Jokowi, seperti tidak percaya.

Yamin yang saya kenal pada tahun 1988 adalah sosok aktivis dan politisi yang punya komitmen tinggi terhadap perjuangan rakyat. Sosoknya yang mudah bergaul, punya wawasan luas, bicaranya yang terstruktur, membuatnya mudah diterima dan disegani oleh kawan maupun lawan politiknya.

Yamin yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, tidak hanya dikenal sebagai aktivis pergerakan mahasiswa.

Sebagaimana para aktivis pergerakan mahasiswa saat itu, Yamin juga aktif di pers mahasiswa HIMMAH UII. Sebuah rumah kontrakan di gang sempit bernama “Rode” di Jalan Sultan Agung, Yogyakarta, menjadi saksi sejarah sebagian hidup Yamin bergelut dengan dunia aktivis pergerakan.

Rode tidak hanya menjadi rumah singgah bagi para aktivis dari berbagai kota, tapi juga markas untuk merancang berbagai aksi mahasiswa dan perlawanan rakyat di berbagai daerah.

Di era rezim Soeharto yang represif dan alergi terhadap pergerakan mahasiswa, Rode menjadi salah satu pusat persemaian pikiran kritis mahasiswa dan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan Orde Baru.

Yamin adalah sosok yang paling menonjol di antara teman-temannya yang tinggal di Rode. Masih terngiang dalam ingatan, saat puncak acara “Reuni 30 Tahun Rode” pada 16-18 November 2018 di Rumah Rode, Yogyakarta, Yamin tidak hanya menjadi penggerak acara, tapi juga berkeinginan mendokumentasikan Rode sebagai rumah demokrasi.

Keinginan yang bukan dilandasi subyektifitas, tapi berangkat dari kesadaran untuk merawat memori bersama bahwa demokrasi saat ini adalah buah perjuangan rakyat dan mahasiswa. Rode telah memberi kontribusi pada perjuangan demokratik melawan rezim otoriter Orde Baru.

Pergerakan Rakyat

Sebagai aktivis mahasiswa saat itu, Yamin tidak percaya kekuatan Orde Baru hanya bisa dikalahkan hanya dengan gerakan mahasiswa.

Bukannya tidak percaya pada gerakan mahasiswa, tapi kekuasaan Orde Baru terutama melalui kebijakan politik floating mass, tidak hanya mengkerdilkan peran politik mahasiswa, jauh dari itu telah melumpuhkan perlawanan rakyat.

Untuk melawan Orde Baru, perlu dibangun kesadaran politik dan organisasi kekuatan rakyat. Di sinilah Yamin menegaskan pentingnya peran aktivis mahasiswa terlibat dalam pembangunan organisasi rakyat berbasis kasus di masyarakat.

Di antaranya kasus penindasan rakyat yang menonjol saat itu adalah kasus petani Waduk Kedung Ombo di Sragen.

Kedung Ombo adalah nama waduk di Jawa Tengah yang dibangun pemerintah Orde Baru pada tahun 1985.

Waduk ini sebagai pembangkit tenaga listrik 22,5 megawatt dan dapat menampung air untuk kebutuhan 70 hektare sawah di sekitarnya (https://id.wikipedia.org).

Pembangunan Waduk Kedung Ombo dibiayai USD 156 juta dari Bank Dunia, USD 25,2 juta dari Bank Exim Jepang, dan APBN.

Presiden Soeharto meresmikan Waduk Kedung Ombo pada 18 Mei 1991, meski kenyataannya waduk sudah diairi sejak 14 Januari 1989. Menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, Grobogan.

Sebanyak 5.268 keluarga kehilangan tanahnya. Sebanyak 600 keluarga bertahan karena ganti ruginya dianggap tidak manusiawi sebesar Rp 250,-/m².

Warga yang bertahan juga mengalami teror, intimidasi dan kekerasan fisik. Warga yang bertahan terpaksa tinggal di tengah genangan air.

Romo Mangun, Romo Sandyawan dan KH Hammam Ja’far, adalah tokoh-tokoh masyarakat yang mendampingi para warga yang bertahan di lokasi dengan membangun sekolah darurat untuk anak-anak di Kedung Ombo.

Selain mereka, keterlibatan LSM dan peran aktivis mahasiswa, penting untuk dicatat di sini.

Yamin adalah seorang community organizer yang tangguh dalam kasus Kedung Ombo.

Tidak hanya memberi pendidikan politik dan advokasi, Yamin juga aktif mendampingi petani Kedung Ombo melakukan aksi-aksi protes ke DPR, Depdagri, dan perwakilan Bank Dunia di Jakarta, dan di daerah.

Dinamika gerakan mahasiswa dan pendampingan rakyat inilah yang mempertemukan saya dan para aktivis mahasiswa Solo seperti Wahyu Susilo (adik Wiji Thukul), Wuri, Ade Jumiatno, Hero dan lain-lain yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Solo (IMS), dengan Yamin di era 80an.

Solo yang kebetulan dekat dengan wilayah Sragen, menjadi tempat persinggahan Yamin dan para aktivis mahasiswa luar kota yang akan live in di Kedung Ombo.

Solo tidak hanya strategis secara geografis, tapi juga banyak LSM seperti LPTP, YBKS, Yaphi, YIS, YPP, LSPP, Bhakti Satria yang membantu advokasi petani Kedung Ombo.

Dari sini, kerja-kerja politik pendampingan rakyat yang dilakukan para aktivis mahasiswa dan LSM menemukan strategi perlawanan rakyat Kedung Ombo makin meluas dan ideologis.

Komite Solidaritas Korban Pembangunan Kedung Ombo (KSKPKO) dibentuk sebagai wadah perjuangan rakyat dan aktivis mahasiswa untuk perjuangan petani Kedung Ombo.

Pada posisi ini, Yamin sangat memberi warna dan kharakter gerakan mahasiswa khususnya para aktivis di Solo, yang dengan sadar mampu menghubungkan teori dan realitas sosial untuk men-support dan meng-counter hegemoni negara pada arus transformasi sosial.

Pilkada DKI Jakarta

Selepas mahasiswa, Yamin dengan beberapa anak Rode pernah mendirikan Lembaga Advokasi Rakyat (Lekat). Bersama Ifdal Kasim, kawannya sesama aktivis di UII, mantan Ketua Komnas HAM, saat ini menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, dan seniornya di UII Sholeh Amin SH, sempat membuka kantor pengacara di Solo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com