Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Menanti Terungkapnya Pelaku Penyerangan Novel Baswedan...

Kompas.com - 17/07/2019, 06:48 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Jajaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berharap konferensi pers yang digelar Polri dan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), Rabu (17/7/2019), mengungkap temuan komprehensif dalam kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.

Sejak awal, KPK selalu menaruh harapan, pelaku lapangan dan dalang utama penyiraman air keras terhadap Novel ini bisa ditangkap dan diproses hukum.

Kendati demikian, selama 820 hari, pengungkapan kasus Novel tak kunjung menemui titik terang.

Baca juga: TGPF Sebut Ada Temuan Baru, Novel Bilang Tak Menarik Buat Saya

"Kami berharap (konferensi pers) besok itu ada informasi yang lebih komprehensif tentang itu (kasus Novel Baswedan). Kami akan bersyukur kalau sudah ada diidentifikasi siapa pelakunya," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief memberikan keterangan tentang kasus dugaan suap terkait seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi di Kementerian Agama pada konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (16/3/2019). KPK menahan Ketum PPP  Romahurmuziy, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi, dan Kepala Kantor Wilayah Kemenang Jawa Timur Haris Hasanuddin dengan barang bukti uang sebanyak Rp 156.758.000.ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARS Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief memberikan keterangan tentang kasus dugaan suap terkait seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi di Kementerian Agama pada konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (16/3/2019). KPK menahan Ketum PPP Romahurmuziy, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik Muhammad Muafaq Wirahadi, dan Kepala Kantor Wilayah Kemenang Jawa Timur Haris Hasanuddin dengan barang bukti uang sebanyak Rp 156.758.000.
Soal apakah sebelumnya Polri dan TGPF menyerahkan temuannya, Laode mengaku KPK belum menerima laporan tersebut.

"Laporan akhirnya belum kami terima," kata dia.

Hal senada disampaikan Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo. Yudi mengatakan, yang terpenting bagi KPK adalah adanya kejelasan terkait pelaku penyiraman air keras terhadap Novel, bukan hal yang tidak substansif dan spekulatif.

"Kami menyampaikan bahwa perlu diperjelas mengenai apa yang didapatkan oleh tim pencari fakta. Apakah pelakunya ditemukan atau tidak? Itu saja persoalannya," ujar Yudi, Selasa malam.

Baca juga: Disebut Diperiksa TGPF Kasus Novel, Komjen Iriawan: Keluarga Saya Tertekan

Apabila belum ada titik terang terkait terduga pelaku, Yudi menilai tim tersebut telah gagal. Ia akan mendesak dibentuknya tim lain yang lebih independen.

Yudi sekaligus mengingatkan bahwa Novel dan masyarakat sipil sudah menanti penuntasan kasus ini selama lebih dari dua tahun.

"Kami meminta agar tidak lagi bentuknya rekomendasi, tapi sudah ditemukan dan bahkan disebut pelakunya karena tim gabungan ini kan terdiri dari tim pakar dan tim kepolisian. Masyarakat tentu saja juga akan menanti dan menunggu siapa pelakunya," ungkap Yudi.

Sementara itu, Novel Baswedan tidak tertarik dengan temuan baru, dugaan adanya motif politik, dan dugaan keterlibatan jenderal yang akan disampaikan Polri dan TGPF.

Novel menekankan dan meminta agar pelaku di lapangan atau eksekutor ditangkap lebih dulu. Menurutnya, kejahatan jalanan seperti kasus penyiraman air keras yang dialaminya harus diungkap dari bukti di tempat kejadian perkara (TKP).

"Kalau hanya dikatakan bahwa ini ada motif politik, ada jenderal, dan lain-lain, kalau itu saja yang dikatakan, saya katakan itu tidak menarik buat saya," ungkap Novel dalam wawancara di program AIMAN di KompasTV, Senin (15/7/2019) malam.

"Yang menarik adalah bagaimana pelaku lapangan itu diungkap karena street crime, sekalipun dia terorganisasi, harus diungkap dari pelaku lapangan, dari bukti-bukti di TKP," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com