Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TGPF Sebut Ada Temuan Baru, Novel Bilang "Tak Menarik Buat Saya"

Kompas.com - 16/07/2019, 10:35 WIB
Devina Halim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku tidak tertarik dengan temuan baru Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), yakni dugaan adanya motif politik.

Novel menekankan dan meminta agar polisi memprioritaskan untuk menangkap pelaku di lapangan atau eksekuto. Menurutnya, kejahatan jalanan seperti kasus penyiraman air keras yang dialaminya harus diungkap dari bukti di tempat kejadian perkara (TKP).

"Kalau hanya dikatakan bahwa ini ada motif politik, ada jenderal, dan lain-lain, kalau itu saja yang dikatakan, saya katakan itu tidak menarik buat saya," ungkap Novel dalam wawancara di program AIMAN, di KompasTV, pada Senin (15/7/2019) malam.

Baca juga: Lebih dari 2 Tahun Disiram Air Keras, Begini Kondisi Terkini Mata Novel Baswedan

"Yang menarik adalah bagaimana pelaku lapangan itu diungkap, karena street crime, sekalipun dia terorganisasi, harus diungkap dari pelaku lapangan, dari bukti-bukti di TKP," sambung dia.

Hal itu juga yang menyebabkan dirinya enggan langsung mengungkapkan siapa jenderal yang diduga terlibat dalam kasusnya tersebut.

Novel tidak ingin proses investigasi kasusnya terganggu dengan berbagai spekulasi.

"Ketika bicara di (level) atas, tadi kenapa saya tidak mau katakan secara terbuka jenderalnya siapa, dan lain-lain, saya tidak mau proses investigasi ini terganggu dengan spekulasi-spekulasi atau persepsi yang terbentuk. Kenapa? Bukti-bukti di lapangan itu scientific kok," katanya.

Dugaan keterlibatan jenderal sebelumnya telah diungkap oleh Novel. Tak lama setelah kejadian, dalam wawancara di media, Novel mengaku mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat. Novel juga mengatakan bahwa oknum jenderal tersebut berada di Mabes Polri.

Menurutnya, berbagai fakta hukum atau bukti-bukti di lapangan sudah diketahui, misalnya rekaman kamera CCTV dan sidik jari pada wadah air keras yang digunakan.

Dengan bukti dan peristiwa serta alur yang jelas, Novel pun mempertanyakan kasusnya yang tak ada kemajuan selama lebih dari dua tahun.

"Kalau (investigasi) dilakukan dengan, saya katakan ceroboh, saksi-saksi banyak, alat bukti juga ada, bahkan media yang digunakan untuk menjadikan wadah air keras itu sidik jarinya ada, CCTV-nya ada, terus sulitnya dimana gitu?," tutur Novel.

Ia pun menilai bahwa bukti-bukti IT dapat menunjang penyidikan untuk menemukan pelaku penyiraman. Misalnya, jejak digital terkait lokasi seseorang saat kejadian.

Pada 11 April 2017 subuh, Novel tiba-tiba disiram air keras oleh dua pria yang mengendarai sepeda motor.

Baca juga: Novel Baswedan Akan Ungkap Jenderal yang Diduga Terlibat Kasusnya, jika..

Saat itu Novel sedang berjalan menuju rumahnya setelah menjalankan shalat subuh di Masjid Jami Al Ihsan, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Cairan itu tepat mengenai wajah Novel. Kejadian itu berlangsung begitu cepat sehingga Novel tak sempat mengelak. Tak ada seorang pun yang berada di lokasi saat peristiwa penyiraman itu terjadi. Novel juga tak bisa melihat jelas pelaku penyerangannya.

Hingga kini, kasus tersebut belum terungkap dan polisi juga belum menetapkan tersangka.

Kompas TV Wakil presiden Jusuf Kalla berharap polisi dapat menjelaskan kepada publik, pelaku dan motif pelaku, setelah tim gabungan pencaru fakta, TGPF kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan, menyerahkan laporan hasil investigasinya ke Kapolri.<br /> <br /> JK yang mengaku sempat berbicara dengan Kapolri menyatakan, nantinya hasil kerja TGPF ini akan dipaparkan kepada publik. Dari sinilah baru diambil keputusan apakah ada TGPF lanjutan atau membentuk tim lain untuk ungkap kasus Novel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com