JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan berakhir pada Oktober mendatang.
Kabinet baru segera dibentuk untuk menyokong periode kedua pemerintahan Jokowi bersama Ma'ruf Amin.
Meski pelantikan Jokowi-Ma'ruf sebagai presiden dan calon presiden baru berlangsung tiga bulan lagi, pembicaraan soal kabinet baru mulai bergulir.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menyebut bahwa Presiden Jokowi akan melakukan perbincangan khusus dengan para ketua umum parpol pengusung pada pertengahan Juli ini untuk membahas penyusunan kabinet baru.
Baca juga: Ketua DPP Nasdem: Surya Paloh Minta Jokowi Fokus Revolusi Mental di Periode Kedua
Menjelang penyusunan kabinet baru itu, Presiden Jokowi menegur empat menterinya. Teguran disampaikan Jokowi secara terbuka saat membua sidang kabinet di Istana Bogor, Senin (8/7/2019).
Jonan dan Rini
Presiden Joko Widodo awalnya menegur Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan serta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Teguran ini disampaikan karena impor yang tinggi di sektor minyak dan gas (migas).
Dalam rapat yang dihadiri menteri dan kepala lembaga itu, Presiden menunjukkan data impor yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Nilai impor Januari-Mei turun 9,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, Jokowi menilai angka tersebut belum memuaskan karena nilai impor masih tinggi, khusunya di sektor migas.
"Coba dicermati angka-angka ini dari mana kenapa impor jadi sangat tinggi, kalau didetailkan lagi migasnya ini naiknya gede sekali," kata Jokowi.
"Hati-hati di migas Pak Menteri ESDM, yang berkaitan dengan ini. Bu menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena ratenya yang paling banyak ada di situ," sambung Kepala Negara.
Baca juga: Jokowi Tak Hanya Tegur Jonan dan Rini, tapi Juga Siti Nurbaya dan Sofyan Djalil
Presiden juga menyoroti angka ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor Januari-Mei 2019 year on year turun 8,6 persen.
Akibat impor yang tinggi dan ekspor yang rendah, neraca perdagangan mengalami defisit 2,14 miliar dollar AS. Padahal, Jokowi menilai peluang untuk ekspor sangat besar.
"Apalagi sekarang dengan terjadinya perang dagang, kesempatan ekspor kita untuk masuk ke Amerika besar sekali dengan pengenaan tarif barang-barang produk dari Tiongkok, dari China," kata dia.