JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah melakukan groundbreaking fasilitas pengolahan sampah di dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di Sunter pada 20 Desember 2018 silam.
ITF Sunter ini disebut-sebut Anies berfungsi untuk mengurangi beban sampah yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan juga penghasil tenaga listrik. Proyek ini pun disebut-sebut sebagai salah satu tempat pengolahan sampah terbesar di dunia karena mampu mengolah 2.200 ton sampah.
Namun bagaimana bentuk pengelolaan sampah yang dilakukan di proyek senilai 250 juta Dollar Amerika ini?
Direktur Utama Project Strategic Bisnis Unit ITF Sunter Aditya Bakti Laksana mengatakan pembangunan ITF Sunter berbasis pada konsep waste to energy dengan mengakuisisi teknologi Babcock & Wilcock Volund dari Denmark.
Ia menyebutkan teknologi ini sudah digunakan selama hampir 100 tahun di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika dan beberapa negara di Asia.
Baca juga: ITF Sunter Disebut Salah Satu yang Terbesar di Dunia
"Nah teknologi yang di Sunter ini sudah generasi ke-3 yang terbaru termutakhir, yang mana teknologi ini dipasang juga dan sudah beroperasi di Denmark akhir 2017 lalu. Jadi Sudah teknologi terkini," kata Adit saat ditemui Kompas.com Rabu (3/7/2019).
Adapun cara kerja dari teknologi ini yaitu dengan memanaskan sampah-sampah tersebut ke sebuah ruangan tertutup bernama insinerator dengan suhu mencapai 1000 derajat Celcius.
Pembakaran itu nantinya akan menghilangkan sebanyak 80 hingga 90 persen dari bobot sampah awal yang dimasukkan kedalam alat tersebut.
"Kemudian sisa dari pembakaran itu jatuh ke bawah berupa namanya slek atau bottom ash (abu tidak terbang). Nah itu adalah sisanya residu yang memang sudah dikategorikan ramah lingkungan," terangnya.
Teknologi ini dianggap Adit paling cocok untuk mengolah sampah DKI yang lembab dan rendah kalori.
Di atas insinerator, dipasangi lagi sebuah alat lain bernama boiler atau ketel uap yang berisi air. Dengan pemanasan yang mencapai 1000 derajat Celcius pada insenartor air yang ada pada boiler akan menjadi uap bertekanan tinggi.
Baca juga: Anies Sebut Pembangunan ITF Sunter Dimulai Akhir Juli
Uap tersebut kemudian disalurkan melalui alat lain bernama steam turbin. Nantinya uap itu akan memutar generator dan menghasilkan energi listrik.
"Listrik yang dihasilkan minimum adalah 35 megawatt per jam atau setahunnya kira-kira 280.000 megawatt," ujar Adit.
Sejatinya udara panas hasil pemanasan tadi membawa partikel-partikel berbahaya terhadap lingkungan jika dilepaskan begitu saja ke udara.
Namun pada ITF Sunter dipasangi lago sebuah teknologi bernama Flue Gas Treatment (FGT). Alat ini berfungsi untuk memfilter komponen-komponen berbahaya dan menekan gas buang dari hasil pembakaran sampah.