Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Raden Muhammad Mihradi
Dosen

Direktur Pusat Studi Pembangunan Hukum Partisipatif
dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Pakuan.

Infeksi Demokrasi Pasca-Putusan MK

Kompas.com - 02/07/2019, 16:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, tidak memberikan iklim, medium maupun wahana yang leluasa untuk suara yang berbeda (liyan), kelompok dan komunitas yang memilih kebijakan oposisi, mengesampingkan kemajemukan, maka publik didistorsi.  

Ketiga, proses penegakan hukum yang diskriminatif. Tidak memperlakukan setara pada subyek yang setara di kasus setara.

Pengaruh politik menginjeksi penegakan hukum otentik. Jika itu berlangsung terus menerus, bukan mustahil, terjadi infeksi akut yang berawal dari ruang publik terhadap demokrasi.

Berbagai ciri, sinyal dan konteks di atas, dialami Indonesia pasca-reformasi. Fenomena demikian semakin akut ketika terjadi pemilu karena obyektivitas mengalami pelunturan, lalu dipolitisasi untuk kepentingan kontestasi. Akibatnya, nilai-nilai aspirasi murni dari publik mengalami defisit kedua kali.

Dengan kata lain, ruang publik dibajak lebih parah lagi dalam pemilu karena menjadi jargon yang diperebutkan oleh para kontestan. Belum lagi maraknya industri hoaks yang semakin memperburuk keadaan.

Selain persoalan ruang publik, agenda konkret yang dialami masyarakat harusnya menjadi isu yang menjadi fokus di mana pranata demokrasi bekerja untuk itu.

Misalnya, bagaimana membangun negara ramah anak dan lanjut usia. Memastikan bonus demografi menjadi berkah bukan bencana. Penguatan sumber daya manusia agar tidak terjadi kapitalisasi penderitaan bagi buruh migran. Termasuk mematikan penyakit masyarakat seperti narkotika, paham fundamentalisme atas nama apapun yang merusak bangsa dan krisis karakter.

Daftar persoalan tersebut harus menjadi forum yang diprioritaskan di dalam proses demokrasi, di antaranya dengan melibatkan partisipasi publik yang seluas-luasnya sehingga masyarakat dapat berbicara apa yang dialami dirinya serta harapanya secara lebih genuine.

Pada akhirnya demokrasi menyangkut pelembagaan nilai. Seperti, demokrasi sangat mensyaratkan nilai kebebasan. Namun kebebasan yang bukan memangkas hak orang lain secara sekehendak hati. Kebebasan yang menyelami tanggung jawab. Selaras prinsip, semakin bertanggung jawab, semakin bebas.

Maka, apabila edukasi publik soal tanggung jawab tidak dilakukan, praktis kebebasan akan hilang. Bahkan, kebebasan akan mengancam kebebasan orang lain. Menimbulkan ketidaktertiban.

Masa depan demokrasi

Terpilihnya kembali petahana Presiden Jokowidodo mengandung harapan besar untuk membenahi atau setidaknya mengobati infeksi demokrasi.

Rekonsiliasi dengan pihak Prabowo Sandi harus dimaknai sebagai merangkul kawan. Memastikan kebersamaan untuk Indonesia lebih baik. Bukan sekadar berbagi jabatan di kabinet.

Sebaliknya, perlu kebesaran dan kenegarawanan pihak Prabowo-Sandi menerima dan menghormati hasil pemilu 2019 dengan segala kekurangannya.

Selain itu, kemenangan tipis petahana mengandung sinyal perlu mekanisme evaluasi dan koreksi terhadap kebijakan yang belum sepenuhnya “berkenan” di hati publik. Lembaga survei dapat dipekerjakan untuk mendeteksi hal tersebut.

Tantangan besar lain untuk demokrasi adalah bagaimana Presiden Joko Widodo membangun kabinet profesional, baik bersumber dari partai politik maupun non partai politik.

Tidak tersandera konsesi dan balas budi, termasuk memastikan komitmen berkelanjutan dari hulu dan hilir untuk memberantas korupsi dengan membangun sistem dan organ anti korupsi.

Dengan begitu, negara dapat membangun kebijakan komperhensif dan bermutu di semua lini dan sektor.

Terakhir, mendorong terus menerus secara berkelanjutan pelembagaan nilai-nilai demokrasi, mengkoreksi praktik oligarki dan membangun peluasan dan pendalaman ruang publik untuk membincang kasus-kasus publik maupun apa yang diresahkan publik.

Dengan demikian, masa depan demokrasi dapat lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama Pilkada 2024, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasdem-PKS Jajaki Kerja Sama Pilkada 2024, Termasuk Opsi Usung Anies

Nasional
KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

KPK Duga Hakim Agung Gazalba Saleh Cuci Uang Rp 20 Miliar

Nasional
Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Gibran Bakal ke Istana Malam Ini, Bersama Prabowo?

Nasional
Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Surya Paloh Sebut Nasdem dan PKS Siap Bergabung ke Pemerintahan Prabowo maupun Jadi Oposisi

Nasional
KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

Nasional
Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Nasional
Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Nasional
Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Nasional
Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Nasional
Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Nasional
Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Nasional
Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Nasional
Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com