JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora diduga menjadi dalang di balik pembunuhan dua warga sipil di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa polisi telah mengetahui kekuatan kelompok tersebut.
Menurut Dedi, kelompok itu beranggotakan sembilan orang dan dilengkapi dengan tiga senjata api.
"Sembilan orang saat ini dengan 2 senjata laras pendek dan satu senjata laras panjang," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (27/6/2019).
Ali Kalora merupakan salah seorang yang tersisa dari kelompok yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah itu. Ali diangkat menjadi petinggi setelah Santoso alias Abu Wardah tewas saat disergap aparat keamanan tewas pada 2016.
Kelompok ini kerap dituding sebagai dalang kejahatan di sekitaran Poso. Salah satunya adalah pembunuhan yang diperkirakan terjadi pada Selasa (26/6/2019). Kedua korban dengan inisial T dan P diketahui tewas karena benda tajam, setelah dilakukan autopsi.
Keduanya, kata Dedi, diduga dibunuh karena tidak menyerahkan hasil kebun yang diminta pelaku.
"Diduga korban tidak mau menyerahkan hasil kebunnya, kemudian dirampas dan dianiaya hingga dibunuh," ujarnya.
Meski sudah menduga pelaku dari kelompok Ali Kalora dan kawan-kawan, polisi masih mendalami siapa tersangka yang melakukan pembunuhan tersebut.
Daerah ditemukannya dua jenazah tersebut diketahui merupakan tempat persembunyian kelompok yang sedang diburu oleh Satgas Tinombala itu. Sebelumnya, Ali Kalora diduga juga terlibat kasus pembunuhan dan mutilasi terhadap penambang emas RB alias A (34) sekitar akhir tahun 2018.
Polisi menduga bahwa RB alias A dibunuh oleh anggota kelompok tersebut.
Baca juga: Pembunuhan 2 Warga di Parigi, Polisi Dalami Keterlibatan Ali Kalora Cs
Lalu, aparat yang tengah membawa jenazah RB alias A ditembaki sekelompok orang bersenjata yang diduga kelompok Ali Kalora, pada 31 Desember 2018.
Penembakan dilakukan saat salah seorang petugas hendak menyingkirkan kayu dan ranting pohon yang menghalangi jalan.
Kontak tembak aparat dengan kelompok teroris tak terhindarkan sehingga menyebabkan dua petugas yakni Bripka Andrew dan Bripda Baso, terluka.