Begitu juga dengan TJ. Tak banyak tetangga yang tahu apa pekerjaan TJ selepas ia diberhentikan dari dinas tentara sekitar lima tahun lalu.
Wawancara lengkap para tetangga ini akan ditayangkan lengkap di Program AIMAN senin malam ini.
Kita beralih ke kelompok kedua yang diduga beroperasi saat kerusuhan 21-22 Mei 2019. Setidaknya, ada dua data yang saya dapatkan.
Pertama, delapan orang yang tewas akibat kerusuhan itu disebabkan oleh senjata "single bullet" alias peluru tajam tunggal dari senjata yang diduga pistol.
Kedua, senjata asal peluru itu meluncur bukan milik pihak keamanan karena ulir gerak pelurunya berbeda.
Informasi ini saya dapat dari profesor yang pernah bertugas di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan kini menjadi guru besar pada Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBHARA JAYA), Hermawan Sulistyo.
"Korban-korban di kerusuhan 22 Mei itu terkena peluru tajam. Dan bukan dari pihak keamanan, karena ulir gerak pelurunya berbeda!" kata Kiki, panggilan Hermawan Sulistyo.
Sementara Ketua Komnas HAM Taufan Damanik juga mengatakan hal yang sama pada saya.
"Ada kemungkinan peluru tajam ini berasal dari pistol, dugaannya digunakan peluru kaliber khusus," ungkap Taufan.
Pertanyaannya kini, apakah kedua kelompok bersenjata api itu sosok yang sama atau kelompok yang berbeda?
Hanya penyelidikan tuntas yang bisa menjawabnya, termasuk mengungkap auktor intelektualis yang telah memberikan uang ratusan juta rupiah kepada kelompok bersenjata api yang hendak membunuh tokoh negara.
Faktanya terang benderang dari sisi potensi penyelidikan, meski membutuhkan "political will" dalam mengungkapnya.
Akankah dituntaskan?
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!